GridKids.id - Wabah virus corona nampaknya belum menemukan titik ujung, Kids.
Masih banyak negara yang berusaha melawan penyakit satu ini, tidak terkecuali dengan Indonesia.
Belum lama ini WHO mengakaui bahwa virus corona dapat menyebar melalui partikel-partikel kecil yang melayang di udara.
Untuk itu, harus ada pengaturan ulang protokol kesehatan di lokasi padat, ruang tertutup, dan berventilasi buruk.
Sebelumnya, penularan virus corona terjadi melalui percikan air ludah (droplet) orang yang terinfeksi Covid-19.
Baca Juga: Sudah Terbukti Bisa Menyebar Lewat Udara, Lakukan 6 Hal Ini untuk Mencegah Virus Corona
Lantas apa perbedaan droplet dengan airborne?
Airborne
Menurut Epidemiolog Bapak Dicky Budiman penularan melalui udara (airborne) sudah diindikasi sejak awal oleh WHO.
Hanya saja pada saat itu mereka melihat potensi penularan melalui udara tidak sebesar mekanisme penularan melalui droplets dan sentuhan benda-benda tercemar (fomite).
Dia mengatakan airborne artinya, virus bisa bertahan lama di udara untuk menularkan.
Droplets
Sedangkan droplets artinya, virus berada di dalam tetesan yang karena gravitasi bumi tetesannya jatuh ke bawah.
Droplets masih membutuhkan cairan tubuh manusia untuk bertahan dan menularkan.
Bapak Dicky menggambarkan airborne seperti yang terjadi pada campak. Virus campak menyebar lewat udara dan bisa menginfeksi banyak orang.
"Airborne Covid-19 berbeda dengan airborne campak, campak sangat infeksius. Artinya penularannya tidak separah campak," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Kamis (9/7/2020).
Baca Juga: Inilah Urutan Golongan Darah dari yang Terkenal Paling Cerdas, Kamu Nomor Berapa?
Lanjutnya, infeksius tidaknya bisa dilihat dari angka reproduksi.
Pada campak angka reproduksinya di atas 8, artinya 1 orang bisa menularkan ke 8 orang.
Sementara itu pada Covid-19, angka reproduksinya secara global sekitar 4 di beberapa negara.
Oleh sebab itu, sambung Bapak Dicky, pada sebuah klaster Covid-19 di restoran misalnya, tidak semua orang ditemukan terinfeksi.
Berbeda dengan campak, jika ada yang positif, orang-orang satu ruangan akan positif semua.
Pentingnya memeriksa sirkulasi udara
Pengumuman dari WHO soal airborne menurut Bapak Dicky memperkuat penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa potensi penularan indoor lebih besar daripada penularan outdoor atau di luar ruangan.
Lalu karena airborne berkaitan dengan udara, maka Dicky mengingatkan pentingnya memeriksa sirkulasi udara di tempat tinggal maupun tempat umum.
Di perkantoran misalnya, perlu diperiksa bagaimana AC-nya, apakah ada filternya, apakah mengalirkan udara dari dalam ke luar. Jika tidak, AC perlu diganti atau jendela dibuka saja.
Demikian juga di tempat umum seperti KRL, akan lebih aman dan mengurangi risiko penularan jika jendela kereta dibuka.
Tentu dibarengi dengan membatasi jumlah penumpang (50 persen). "Masyarakat tidak perlu panik berlebihan tapi harus membuat masyarakat lebih peduli," katanya.
Lebih dari itu, Bapak Dicky juga mengingatkan pada pemerintah agar menyesuaikan protokol untuk menyikapi penemuan dari WHO tersebut.
Sementara itu untuk menjaga tetap aman, menurut Dicky ada 3M yang harus dilakukan, yaitu:Mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak.
Selain itu hindari 3R, yaitu: ramai, ruangan, rapat.
Baca Juga: Partikel Virus Corona yang Lebih Kecil Bisa Menyebar di Udara, 239 Ilmuwan Minta WHO Lakukan Revisi
(Penulis : Nur Fitriatus Shalihah)
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dunia satwa dan komik yang kocak, langsung saja berlangganan majalah Bobo, Mombi SD, NG Kids dan Album Donal Bebek. Tinggal klik di www.gridstore.id
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Regina Pasys |
Editor | : | Regina Pasys |
Komentar