GridKids.id - Virus corona COVID-19 masih menyebar di berbagai negara.
Karena merupakan virus jenis baru, masih banyak informasi atau pengetahuan yang belum kita ketahui mengenai COVID-19.
Akibatnya, banyak beredar hoaks atau mitos yang salah mengenai virus ini.
Hampir semua negara mulai membuka lockdown, termasuk Indonesia yang juga sudah mulai melonggarkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Sayangnya, ini memberikan orang-orang persepsi yang salah tentang rasa aman.
Mereka merasa kalau negara atau wilayah tempat mereka tinggal sudah aman dari COVID-19.
Dengan dibukanya kembali berbagai negara dan beberapa aktivitas luar ruangan sudah diizinkan, banyak orang mulai mengabaikan protokol kesehatan.
Contohnya seperti enggak mengenakan masker wajah dan enggak menjaga jarak sosial.
Hal ini tentu bisa menyebabkan lonjakan pada kasus baru COVID-19. Pelonggaran karantina membuat orang salah paham.
Para ahli mengatakan, hal itu memengaruhi tindakan orang-orang dan mungkin memberi virus corona peluang untuk menulari lebih banyak orang.
Inilah 6 mitos salah terkait pandemi COVID-19:
1. Perekonomian mulai aktif bukan berarti kondis pandemi COVID-19 membaik
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, bahwa meskipun banyak negara membuat kemajuan dalam mengelola COVID-19, dunia masih jauh dari akhir pandemi.
Para ahli kesehatan juga percaya, bahwa kita belum mencapai kondisi terburuk dari pandemi COVID-19.
Di Amerika misalnya, banyak orang beranggapan kalau AS sudah mencapai herd immunity.
Faktanya, yang terinfeksi hanya 5 hingga 8 persen dari populasi. Sedangkan, dibutuhkan 70 hingga 90 persen orang untuk mendapatkan herd immunity atau kekebalan kelompok terhadap COVID-19.
Baca Juga: Anti Hoaks, Inilah 7 Layanan Terpercaya untuk Informasi Virus Corona
Source | : | KOMPAS.com |
Penulis | : | Danastri Putri |
Editor | : | Regina Pasys |
Komentar