Catatan Penanganan Covid-19 di Indonesia
Epidemiolog yang juga Juru Bicara Satgas Covid-19 Rumah Sakit UNS Bapak Tonang Dwi Ardyanto menilai, saat pertama kali dilaporkannya kasus Covid-19 di Indonesia, pemerintah dan masyarakat kurang serius menyikapinya.
"Masih kurang serius, terutama di bulan pertama adanya kasus," kata Bapak Tonang saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (13/6/2020).
Memasuki bulan dua, menurutnya, pemerintah terlihat lebih serius menyikapi.
Hal ini terlihat dari penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan sosialisasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang cukup gencar.
Hal itu berimbas positif pada kasus. Hanya saja kelemahannya, saat itu cakupan tes masih belum tinggi.
Memasuki bulan ke tiga, setelah 2 sampai 3 kali masa PSBB, mulai muncul desakan dari masyarakat untuk segera dilonggarkan karena mendekati Hari Raya Lebaran Idul Fitri.
Dengan keputusan pelonggaran transportasi dan beberapa sektor publik, pembatasan tidak lagi seefektif saat berlakunya PSBB.
"Mengawali bulan keempat, mulai terasa efek dari pelonggaran di akhir bulan ke tiga. Termasuk juga faktor semakin tingginya jumlah kapasitas pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR) dalam sehari," papar Bapak Tonang.
Ia memperkirakan, situasi pandemi masih akan berlangsung sekitar satu bulan lagi untuk mencapai puncak.
Namun, hal tersebut terjadi kalau kapasitas pemeriksaan PCR bisa mengejar target 30.000 per hari.
"Ke depan, yang diharapkan adalah transparansi dan kerja sama pemerintah dengan banyak pihak. Agar terwujud kohesivitas. Itu yang dirasa masih kurang selama ini," jelasnya.
Baca Juga: Bak Angin Segar di Tengah Pandemi, Inilah 6 Kabar Baik Virus Corona di Indonesia
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Danastri Putri |
Editor | : | Grid Kids |
Komentar