GridKids.id - Sejak kapan orang Papua makan papeda ya, Kids?
Pada Jumat (20/10) Google Doodle menampilkan papeda 'Celebrating Papeda'.
Papeda berasal dari sagu dengan tekstur sedikit lembek dan berwarna putih bening yang menyerupai lem atau gel.
Papeda merupakan makanan tradisional Maluku, Sulawesi, dan Papua yang berupa bubur sagu yang biasanya disajikan dengan ikan kuah kuning dan sayur.
Ini dikarenakan papeda memiliki rasa yang tawar sehingga cocok dimakan dengan ikan kuah kuning.
Selain itu, papeda juga sering dinikmati dengan sayur yang diolah dari daun melinjo muda atau sayur ganemo.
Tahukah kamu? Papeda sering dihidangkan saat acara-acara penting di wilayah Papua, Maluku, dan sekitarnya.
Oleh karena itu, enggak mengherankan jika papeda jadi salah satu warisan kuliner nusantara yang khas ya, Kids.
Termasuk sumber pangan tertua, sagu dimanfaatkan sebagai bahan pangan olahan, seperti di wilayah Riau, Sematra Selatan, Sulawesi, dan Maluku.
Sementara bagi sebagian besar masyarakat Papua, sagu dikenal dijadikan makanan pokok hingga kini.
Maka dari itu, sagu enggak bisa dipisahkan oleh kebudayaan masyarakat Papua, ya.
Yuk, simak informasi di bawah ini untuk mengetahui sejak kapan orang Papua makan papeda ya, Kids!
Baca Juga: Jadi Google Doodle Hari Ini, Inilah 10 Fakta Menarik Papeda Makanan Pokok di Indonesia Timur
Sejak Kapan Orang Papua Makan Papeda?
Kids, dalam bahasa Inanwatan atau bahasa Papua, papeda disebut dengan 'dao'.
Melansir dari laman mongabay.co.id, menurut Hari Suroto, Peneliti Pusat Riset Arkeologi Lingkungan BRIN, memperkirakan bahwa masyarakat Papua mengonsumsi sagu sejak 50 ribu tahun lalu seiring kedatangan para pemukim pertama di tanah Papua.
Hal ini berdasarkan temuan gerabah dan alat batu tokok sagu di situs arkeologi Danau Sentani, Papua, papeda merupakan kuliner tertua yang sudah ada sejak masa prasejarah.
Papeda dimasak menggunakan wadah gerabah. Nah, tradisi gerabah di Papua ini mulai dikenal sejak masa prasejarah sekitar 3.000 tahun yang lalu, lo.
Diketahui gerabah yang ditemukan di situs-situs prasejarah ini berjenis periuk, tempayan, dan forna.
Periuk digunakan untuk merebus air dalam proses pembuatan papeda, sedangkan tempatan berfungsi untuk menyimpan air dan pati sagu.
Sementara forma merupakan artfek yang digunakan untuk membuat sagu lempeng.
Bubur papeda juga sering muncul pada upacara adat Papua Watani Kame. Upacara ini dilakukan sebagai tanda berakhirnya siklus kematian seseorang.
Papeda akan dibagikan paling banyak pada relasi atau orang-orang yang telah membantu saat upacara Watani Kame.
Baca Juga: 5 Makanan yang Cocok Disantap Bersama Papeda, Olahan Khas Papua
Tahukah kamu? Sagu dianggap sebagai sesuatu yang istimewa bagi masyarakat Raja Ampat.
Bahkan mereka sering menggelar upacara khusus sebagai rasa syukur dan penghormatan akan hasil panen.
Bagi etnis Marori di Merauke, sagu dijadikan kelengkapan dan kewajiban serta tanggung jawab bagi yang menyelenggarakan ritual kelahiran dan kematian.
Ritual adat yang menggunakan produk sagu adalah kelahiran, kematian, tindik telinga, lamaran, penjemputan tamu dan lain-lain.
Selain itu, bagi beberapa etnis masyarakat adat Papua memiliki aturan dalam menebang pohon sagu, Kids.
Misalnya etnis Sentani yang percaya bahwa sagu hanya ditebang seperlunya serta enggak boleh asal tebang dan enggak boleh jatuh ke anakan sagu.
Hal ini dikarenakan merawat sagu seperti halnya merawat diri sendiri. Jika sagu diperlakukan dan dirawat dengan baik maka bisa menjauhkan diri dari musibah.
Nah, demikianlah informasi tentang orang Papua yang mengonsumsi papeda sejak 50 tahun lalu berdasarkan temuan artefak gerabah, ya.
-----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.