GridKids.id - Darah menjadi media utama pengangkut berbagai zat di dalam tubuh, di samping fungsi fisologis lainnya seperti pengaturan suhu tubuh dan sistem pertahanan tubuh.
Darah sebagai bagian dari sistem sirkulasi merupakan jaringan ikat khusus berwujud cairan dengan beragam komponen terlarutnya.
Komponen darah terdiri dari plasma dan sel darah merah, sel darah putih dan trombosit.
Semua komponennya memiliki tugas dan fungsinya masing-masing yang mendukung kerja darah dalam tubuh.
Komponen Darah Beserta Fungsi Pentingnya
Nah, berikut penjelasan dari setiap komponen dan fungsinya:
1. Plasma Darah
Plasam merupakan komponen darah yang berbentuk cairan.
Darah di dalam tubuh sekitar 55-60 persennya adalah plasma darah.
Komponen darah tersebut yaitu air, gula, lemak, protein dan garam.
Plasma adalah komponen darah yang berperan dalam mengangkut sel-sel darah ke seluruh tubuh bersama dengan berbagai zat lain.
Baca Juga: Struktur Organ dalam Sistem Peredaran Darah Tubuh Manusia
Misalnya seperti nutrisi, antibodi. zat protein, pembekuan, hormon. hasil limbah tubuh, hingga protein yang membantu menjaga keseimbangan cairan tubuh.
Selain mengedarkan berbagai bahan penting, plasma darah juga berfungsi untuk menyeimbangkan volume darah serta kadar elektrolit (garam), termasuk natrium, kalsium, kalium, magnesium, klorida, dan bikarbonat.
2. Sel Darah Merah
Sel darah merah atau eritrosit adalah sel yang paling melimpah dalam darah.
Sel darah merah terkenal dengan jumlah sel yang cukup banyak dalam di dalam tubuh.
Secara sederhana, eritrosit berbentuk seperti ‘donat’ tapi tanpa lubang di tengahnya.
Produksi sel darah merah dikendalikan oleh eritropoietin, yaitu hormon yang diproduksi oleh ginjal.
Namun, eritrosit tak memiliki nukleus layaknya sel tubuh kebanyakan, sehingga dapat dengan mudah berubah bentuk.
Kondisi tersebut memudahkannya untuk menyesuaikan diri melalui berbagai pembuluh darah di tubuh.
Akan tetapi, tak adanya nukleus juga membuat kehidupan sel darah merah terbatasi ketika mengalir melalui pembuluh darah terkecil.
Sebab, hal ini dapat merusak membran sel darah merah dan menghabiskan energinya.
Baca Juga: Materi Biologi Kelas XI: Sistem Peredaran Darah dan Organ-Organ yang Terlibat
Umumnya, rata-rata sel darah merah hanya bertahan selama 120 hari sejak terbentuk.
Sel darah merah mengandung protein khusus yang disebut sebagai hemoglobin.
Hemoglobin sendiri berperan penting dalam membantu mengalirkan oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh dan kemudian mengembalikan karbon dioksida dari tubuh ke paru-paru, sehingga dapat dihembuskan.
Selain itu, hemoglobinlah yang membuat darah tampak merah.
3. Sel Darah Putih
Sel darah putih atau leukosit berfungsi penting dalam melindungi tubuh dari infeksi.
Dibandingkan dengan sel darah merah, jumlah sel putih lebih sedikit yaitu hanya terhitung sekitar satu persen dari total darah keseluruhan pada tubuh.
Sementara itu, jenis sel darah putih yang paling umum adalah neutrofil, yang merupakan sel dengan respon ‘cepat’ dan menyumbang 55 hingga 70 persen total jumlah sel darah putih.
Setiap neutrofil hidup kurang dari sehari, sehingga sumsum tulang akan terus-menerus memproduksinya agar dapat mempertahankan perlindungan dari infeksi.
Selain neutrofil, jenis utama sel darah putih lainnya adalah limfosit yang memiliki dua populasi utama.
Populasi yang pertama adalah limfosit T yang berperan dalam membantu mengatur fungsi sel kekebalan lainnya.
Baca Juga: 5 Tanda Aliran Darah Tak Lancar, Salah Satunya Kesemutan
Tak hanya itu, limfosit T juga berperan secara langsung menyerang berbagai sel tumor yang terinfeksi.
Populasi kedua adalah limfosit B yang berperan dalam membuat antibodi dalam bentuk protein khusus.
Protein tersebut nantinya akan secara khusus menargetkan virus, bakteri dan mikroorganisme lainnya
4. Trombosit
Trombosit atau platelet tak seperti sel darah merah atau putih.
Sebenarnya trombosit bukan sel melainkan fragmen sel yang lebih kecil.
Jumlah trombosit normal di dalam darah, yaitu antara 150.000-400.000 trombosit per mikroliter darah.
Komponen darah yang satu ini berperan dalam membantu proses pembekuan darah atau koagulasi dan terjadi dengan berkumpulnya trombosit di area cedera atau luka, dengan menempel pada lapisan pembuluh darah yang terluka.
Proses tersebut akan menghasilkan bekuan fibrin yang berfungsi untuk menutupi luka dan mencegah darah bocor keluar.
Selain itu, fibrin juga berperan dalam membantu pembentukan struktur awal jaringan baru, sehingga dapat mempercepat penyembuhan.
Namun, apabila kadar trombosit terlalu tinggi dari batas normal, hal ini dapat menyebabkan pembekuan yang berlebihan. Akibatnya, risiko stroke dan serangan jantung dapat meningkat.
-----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.