Find Us On Social Media :

6 Tradisi Menyambut Musim Hujan di Indonesia, Salah Satunya Cowongan

Ada beberapa tradisi menyambut atau memanggil hujan di Indonesia, apa saja ya?

GridKids.id - Pada artikel GridKids sebelumnya kamu sudah diajak mengenal keberagaman Indonesia yaitu tradisi menyambut kelahiran bayi di Indonesia.

Keberagaman Indonesia seolah enggak ada habisnya untuk dibahas dan dipelajari, salah satunya misalnya tradisi menyambut musim hujan.

Indonesia yang dilalui garis khatulistiwa membuat negara ini memiliki dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan.

Musim hujan merupakan sebuah fenomena alam yang dinantikan kedatangannya bagi masyarakat yang bekerja sebagai petani.

Curah hujan yang tinggi ketika musim tanam bisa mendorong proses pertumbuhan tanaman padi dan tanaman pangan lainnya.

Uniknya masyarakat desa yang masih percaya dengan ritual tradisional akan mengadakan ritual unik untuk menangkal musim kemarau berkepanjangan.

Dilansir dari laman kemenkopmk.go.id, suku-suku di Indonesia punya tradisi memanggil atau menyambut turunnya hujan, di antaranya:

Tradisi Menyambut Musim Hujan di Indonesia

1. Tradisi Cambuk Badan Tiban, Tulungagung

Ritual ini adalah tradisi warisan raja Kediri yang hingga kini masih terus dilestarikan oleh warga desa Trajak, Boyolali, Tulungagung, Jawa Timur.

Tradisi ini biasa dilakukan ketika musim kemarau panjang mulai melanda desa dan warga mulai kesulitan memeroleh air.

Baca Juga: 7 Upacara Tradisi Menyambut Kelahiran Bayi di Indonesia, Salah Satunya Medak Api

Laki-laki dewasa akan melakukan tradisi cambuk badan tiban dan melakukan tradisi ini dengan bertelanjang dada saling cambuk satu sama lain di tanah lapang.

Nah, darah yang keluar akibat cambukan dipercaya bisa membantu mendatangkan hujan.

2. Tradisi Cowongan (Banyumas)

Ritual memanggil hujan ini akan ditarikan oleh 10 perempuan di Desa Plana, Kec. Somagede, Kab. Banyumas, Jawa Tengah.

Para pelaku Cowongan memaknai bahwa tradisi ini jadi simbol permohonan dan bukti pengabdian terhadap peninggalan para leluhur.

Cowongan berarti arti blepotan pada wajah dengan menggunakan media boneka yang dirasuki oleh bidadari yang dipercaya bisa memanggil hujan.

Boneka cowongan disebut hanya boleh dipegang oleh kaum laki-laki ketika pelaksanaan ritualnya di bulan September.

3. Tradisi Gebug Ende, Karangasem

Ritual memanggil hujan di Bali sudah dilakukan secara turun temurun sejak era peperangan kerajaan Karangasem dengan kerajaan Seleparan di Lombok.

Tradisi ini dilakukan oleh dua kelompok laki-laki dewasa yang saling memukul menggunakan rotan yang dilengkapi dengan tameng pelindung.

Pertarungan ini punya penengah pimpinan wasit yang disebut dengan Saye.

Baca Juga: 7 Upacara Adat di Indonesia yang Masih Dilestarikan hingga Kini dan Tujuannya

Sama seperti tradisi Cambuk Badan Tiban di Tulungagung, darah yang ditimbulkan dari pertarungan ini dipercaya bisa mendatangkan hujan. 4. Tari Gundala-Gundala, Karo

Tari gundala-gundala dikenal sebagai tari Gundala Karo merupakan tari yang berasal dari Kabupaten Karo.

Tarian gundala-gundala disajikan ketika warga Karo menghadapi kemarau panjang.

Para penarinya akan mengenakan kostum dengan pakaian seperti jubah dan topeng yang terbuat dari kayu.

5. Tradisi Ojung, Bondowoso

Tiap akhir musim kemarau yang panjang di Desa Tapen, Kecamatan Bondowoso warga akan berkumpul untuk menyaksikan oleh ritual Ojung.

Ritual ini dilakukan sebagai permohonan untuk memanggil hujan pada Tuhan YME, dengan pertarungan saling cambuk seperti yang ditemukan di Tulungagung dan Karangasem.

6. Tari Sintren, Cirebon

Tari Sintren adalah tarian magis yang dibawakan untuk menyambut dan memanggil hujan dari Cirebon.

Ritual tari ini biasanya diadakan selama 40 malam berturut-turut yang dipimpin oleh seorang pawang sintren.

Tarian ini akan ditarikan oleh sang penari dalam keadaan enggak sadar atau kesurupan.

 ----

Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.