Find Us On Social Media :

Sejarah Tradisi Takjil, Santapan Berbuka Puasa yang Selalu Ditunggu

Sajian berbuka atau biasa disebut takjil selalu jadi momen yang ditunggu-tunggu setelah berpuasa seharian.

GridKids.id - Ketika sudah memasuki bulan Ramadan, masyarakat Indonesia menyambut berbagai kebiasaan yang hanya ada di bulan ini saja.

Misalnya seperti pelaksanaan ibadah di malam hari, persiapan sahur dan berbuka puasa, hingga penjaja takjil yang bermunculan di berbagai sudut kota.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), takjil dipahami menjadi dua arti yaitu mempercepat berbuka puasa (bentuk kata kerja) dan sajian makanan berbuka (bentuk kata benda).

Di Indonesia sendiri takjil lebih sering dimaknai dalam bentuk kata bendanya atau makanan sajian berbuka puasa, nih, Kids.

Pasti langsung terbayang dalam benakmu berbagai kue tradisional dengan cita rasa legit dan es buah segar yang melengkapi kebahagiaan waktu berbuka puasamu.

Dikutip dari laman Muhammadiyah.or.id, istilah takjil diambil dari kosa kata Ajjalu yang berarti menyegerakan.

Kosa kata Ajjalu berasal dari hadis Nabi Muhammad SAW dalam Riwayat Bukhari Muslim yang berbunyi "Manusia masih terhitung dalam kebaikan selama ia menyegerakan (Ajjalu) berbuka".

Ajjalu mengalami pergeseran makna dari bahasa aslinya yaitu ajjala-yu'ajjilu-ta'jilan yang bisa diartikan sebagai tergesa-gesa, mempercepat atau menyegerakan.

Lalu, seperti apa sih sejarah dari tradisi takjil yang berkembang dalam masyarakat muslim Indonesia? 

Baca Juga: Meski Lapar, Mengapa Tak Boleh Makan Kekenyangan saat Berbuka Puasa?#AkuBacaAkuTahu

Simak uraian lengkapnya dalam uraian di bawah ini, ya, Kids.

Tradisi Takjil di Indonesia

Dalam sebuah artikel berjudul "Merayakan Budaya, Berpuasa Gembira" yang dimuat dalam Suara Muhammadiyah No.10 (2018) menjelaskan bahwa tradisi membagikan takjil dan berbuka puasa bersama awalnya merupakan bentuk strategi dakwah agama.

Hal ini dianggap bisa mendorong datangnya jamaah ke masjid untuk mengisi Ramadan dengan ibadah dan aktivitas positif lainnya.

Sebuah versi sejarah menyebutkan bahwa tradisi ini dimulai di Kauman, Yogyakarta, sekitar 1950-an, dan masih dilaksanakan sampai hari ini.

Di Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta, disediakan sekitar 1200-1400an porsi takjil tiap harinya.

Khusus pada Kamis sore, sajian yang disediakan untuk pengunjung masjid adalah gulai kambing.

Tradisi takjil gulai kambing ini memiliki dua versi cerita, yaitu berasal dari banyaknya masyarakat yang mengadakan aqiqah pada hari Kamis.

Dan takjil gulai kambing yang berasal dari pemberian Sultan Hamengkubuwono VIII setiap bulan Ramadan.

Namun, dalam catatan sejarah yang lebih tua dari itu, Snouck Hurgronje (Penasihat Belanda urusan pribumi) mengungkap bahwa sekitar akhir abad ke-19 tradisi takjil sudah dikenal di Aceh dan dilakukan setiap bulan Ramadan.

Baca Juga: Puasa Hari Pertama Lemas? Lakukan 3 Tips Ini agar Puasamu Selanjutnya Aman dan Nyaman

Biasanya ketika mendekati waktu berbuka, warga Aceh akan beramai-ramai pergi ke masjid untuk menikmati sajian takjil bersama di masjid.

Nah, itulah sedikit uraian tentang sejarah tradisi menyantap takjil yang berkembang di tengah masyarakat Muslim Indonesia.

Semoga artikel di atas bisa membuat waktu ngabuburitmu jadi lebih bermanfaat, ya, Kids.

 ----

Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.