Find Us On Social Media :

Mengenal 2 Jenis Pakaian Adat Sumatra Selatan untuk Upacara Pernikahan

Jembatan Ampera yang membentang membelah sungai musi, Ikon kota Palembang.

GridKids.id - Kids, sebelumnya kamu sudah belajar tentang budaya dari salah satu provinsi di Pulau Sumatra yaitu Sumatra Selatan.

Provinsi ini memiliki sejarah panjang sejak masa kejayaan Kerajaan Maritim Sriwijaya.

Nah, kali ini kamu akan diajak untuk mengenal kebudayaan di Provinsi Sumatra Selatan yaitu Baju Tradisional atau Pakaian Adat Khas Palembang.

Menurut jenis dan fungsinya, terdapat dua pakaian tradisional khas Sumatra Selatan yaitu Aesan Gede dan Aesan Paksangkong.

Baca Juga: Aesan Paksangkong, Pakaian Adat Sumatera Selatan yang Penuh Filosofi

Keduanya difungsikan sebagai pakaian adat pengantin Sumatra Selatan, dengan desain yang megah dan melambangkan kejayaan kerajaan Sriwijaya di masa lampau.

Wah, rasanya jadi penasaran ingin tahu seperti apa sih detail atau fungsi dari kedua pakaian adat pengantin Sumatra Selatan ini. Yuk, langsung simak ulasan lebih lengkapnya berikut ini.

1. Aesan Gede

Busana pengantin Aesan Gede didominasi dengan kain berwarna merah dengan sulaman benang warna emas yang berasal dari tenunan kain songket yang memiliki unsur gemerlap dan keemasan.

Pakaian adat ini memperoleh pengaruh budaya Jawa, Tionghoa, dan Arab, namun pengaruh ketiga budaya tersebut enggak menghapus budaya asli kerajaan Sriwijaya.

Tahapan awal dimulai dari pemasangan kain songket nago besawu yang dipasang membentuk dodot, pending, dan kemben pelangi.

Terate yang memiliki payet bermotif teratai dipasang menutupi bahu dan dada, memiliki filosofi harapan akan keturunan di masa depan.

Baca Juga: 5 Pakaian Adat Maluku, Ciri Khas dan Penjelasannya Secara Lengkap

Pengantin juga menggunakan kecak lengan yang disimbolkan dengan burung yang memiliki filosofi bahwa mempelai pengantin siap memulai kehidupan barunya.

Mempelai wanita menggunakan perhiasan di tangannya berupa gelang kano, gelang gepeng, gelang sempuru, selempang sawin, dan kalung kebo munggah atau tapak jajo.

Untuk tatanan rambut atau kepala dimulai dari pemasangan gelung malang, cempako, sundur, gandik, sumping, lalu baru memasang kesuhun atau mahkota.

Pada bagian kiri dan kanan mahkota dipasang tebeng malu (untaian bunga) yang berfungsi sebagai penjaga pandangan dan fokus pengantin agar enggak melihat ke kanan dan ke kiri.

Tahap terakhir adalah pemasangan bunga rampai di bagian belakang kepala, dan pada bagian jari tengah wanita dipasang sapu tangan wangsit.

Sapu tangan wangsit sebagai simbol untuk digerakan sebagai komunikasi pasangan jika ada masalah selama proses pernikahan yang berlangsung lama.

Baca Juga: Mengenal Pakaian Adat Riau, Jenis-Jenisnya dan Keunikannya

Pemasangan pakaian pengantin Aesan Gede pada mempelai pria hampir sama dengan pemasangan komponen pakaian pengantin pada mempelai wanita, yang membedakan adalah pemasangan aksesoris kepala.

Mempelai lelaki menggunakan celana belabas, semet setengah tiang, pending, kemben pelangi, dan terate. Sama seperti mempelai perempuan, mempelai lelaki juga mengenakan kecak lengan, gelang kano, gelang gepeng, selempang sawin, kalung tapak jajo, kesuhun atau mahkota, tebeng malu di bagian kanan dan kiri mahkota, dan sapu tangan wangsit di jari tengah tangan kiri mempelai.

2. Aesan Paksangkong

Busana pengantin Aesan Paksangkong didominasi warna merah dan emas yang melambangkan kemegahan, kemewahan, dan kemakmuran.

Baju adat Aesan Paksangko lebih tertutup karena mempelai laki-laki maupun perempuan menggunakan baju lengan panjang atau baju kurung lengan panjang sebagai pakaian atasannya.

Mempelai lelaki juga mengenakan celana sutra dengan motif ukel dengan kain songket lepus emas yang dililitkan di pinggang.

Selain itu, mempelai laki-laki juga menggunakan rompi yang bermotifkan tunas tumbuhan dengan pola geometris zig-zag.

Baca Juga: 5 Pakaian Adat Maluku yang Memiliki Jenis dan Fungsi yang Berbeda-Beda

Untuk tambahan, mempelai laki-laki juga menggunakan kalung sebagai perhiasan yang menambah kesan kemewahan dan kemegahan. Penampilan itu dilengkapi dengan penutup kepala berupa songkok emas.

Sedangkan untuk mempelai perempuan menggunakan beberapa komponen yang hampir sama dengan mempelai laki-laki, hanya dibedakan pada tatanan rias kepala dan rambutnya.

Setelah mengenakan baju kurung panjang berwarna merah ningrat dengan hiasan motif bunga bintang keemasan, dipasanglah terate penutup dada yang melambangkan kesucian dan lambang keluarga.

Selanjutnya, dipasang juga aksesoris pinggang, leher yang melambangkan mempelai pengantin sudah siap menempuh kehidupan yang baru.

Bagian bawahan dikenakan rok songket lepus berwarna dominan merah dan emas, yang bermakna simbolis bahwa masyarakat Palembang penuh keramahan, ketertiban, dan sikap saling menghormati satu sama lain.

Setelah itu, barulah dipasang penutup kepala berupa mahkota aesan paksangkong (ditambahkan dengan hiasan kembang goyang di bagian kepala, kelapo standan, kembang kenango).

Baca Juga: Mengenal Jenis dan Fungsi Pakaian Adat Kalimantan Barat dan Maknannya

Pada mahkotanya terdapat motif hias bunga teratai dan setangkai bunga mawar, dan motif dasar berbentuk lingkaran.

Itulah ulasan tentang dua jenis pakaian adat pengantin dari Sumatra Selatan, keduanya merupakan simbol atau cerminan nilai-nilai luhur masyarakat Palembang yang menginginkan kebaikan dunia dan akhirat sekaligus juga mengakui adanya alam selain alam manusia.

Nilai-nilai yang terkandung dalam pakaian adat tradisional tersebut harus tetap dilestarikan agar bisa diwariskan kepada generasi-generasi selanjutnya.

----

Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.