GridKids.id - Apa kamu pernah mengalami buang air besar (BAB) berdarah?
Saat BAB berdarah, tentu saja kita panik dan enggak nyaman.
Sebenarnya, BAB mengeluarkan darah wajar saja karena bisa menjadi tanda adanya gangguan pada pencernaan kita.
Biasanya darah akan keluar bersamaan dengan kotoran dan berwarna merah segar, ini bisa menunjukkan adanya perdarahan di usus besar bagian bawah atau rektum.
Jika yang keluar adalah warna merah gelap bisa menjadi tanda adanya pendarahan di usus besar atau usus kecil.
Berikut ini beberapa kemungkinan penyebab BAB berdarah:
1. Perdarahan saluran pencernaan atas
Melansir Verywell Health, penyebab BAB keluar darah bisa berasal dari perdarahan saluran pencernaan atau saluran gastrointestinal (GI) bagian atas.
Perdaraan saluran pencernaan atas yang cukup sering terjadi adalah perdarahan dari struktur anatomi proksimal ke ligamen Treitz, ligamen yang masih menjadi bagian dari usus dua belas jari.
Untuk memastikan apakah kamu mengalami perdarahan saluran pencernaan bagian atas, dokter biasanya perlu melakukan endoskopi.
Namun, sebelum endoskopi, dokter biasanya akan terlebih dulu melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh, serta berbagai tes penunjang, seperti pemeriksaan darah dan rontgen.
Setelah tindakan resusitasi seperti stabilisasi jalan napas atau transfusi darah, pasien dengan perdarahan saluran pencernaan atas yang serius memerlukan pembedahan.
Baca Juga: Sering Makan Makanan Pedas? Hati-Hati Bisa Timbulkan Sederet Penyakit Ini
2. Fisura ani
Fisura ani adalah robekan yang terjadi pada dinding anus. Kondisi ini dapat menjadi penyebab BAB berdarah.
Tak hanya pada orang dewasa, fisura ani juga dapat pada bayi.
Robekan yang terjadi pada fisura ani biasanya disebabkan oleh sembelit atau BAB yang besar dan keras.
Untungnya, fisura ani biasanya sembuh dengan sendirinya.
Tindakan pelunakan feses dan penggunaan petroleum jelly atau krim lain dapat membantu meredakan nyeri dan ketidaknyamanan.
Baca Juga: BAB Tidak Lancar Selama Puasa? 5 Cara Ini Efektif untuk Melancarkan Pencernaan! Mudah dan Gak Ribet
3. Polip
Istilah polip usus sebenarnya merujuk pada tonjolan apa pun yang muncul di usus.
Ada beberapa jenis polip yang dapat dibedakan dari bentuk dan histologinya.
Polip adenomatosa adalah jenis polip usus yang cukup umum terjadi, yakni mempengaruhi sekitar 25 persen orang dewasa berusia 50 tahun ke atas.
Kondisi polip usus perlu diwaspadai. Pasalnya, kebanyakan kasus kanker kolorektal berevolusi dari polip adenomatosa.
Untungnya, dengan kemajuan dalam pengobatan, polip adenomatous non-metastasis dapat direseksi atau diangkat dengan pembedahan, dan kemoterapi dapat diberikan untuk membatasi potensi penyebaran.
Kanker kolorektal dapat diobati jika terdeteksi lebih awal, itulah sebabnya semua orang yang berusia 50 tahun ke atas harus menjadwalkan pemeriksaan kolonoskopi, sigmoidoskopi, dan sebagainya secara teratur.
Baca Juga: Update Virus Corona di Indonesia, Inilah 5 Provinsi dengan Kasus COVID-19 Tertinggi dan Terendah
4. Wasir
Melansir Medical News Today, wasir adalah penyakit yang sering kali menyebabkan BAB berdarah.
Wasir atau ambeien terjadi ketika pembuluh darah sekitar anus membengkak dan pecah dan akhirnya menimbulkan perdarahan.
Wasir dapat menyerang siapa saja dari segala usia tetapi sering dikaitkan dengan beberapa faktor risiko, termasuk:
- Kehamilan
- Sembelit kronis dan mengejan
- Diare kronis
- Mengejan saat BAB atau duduk di toilet terlalu lama
- Kegemukan
- Rendah serat atau diet tak seimbang
- Penuaan
Selain BAB keluar darah, wasir dapat dikenali dengan gejala lain berupa benjolan, rasa gatal, maupun nyeri atau tak nyaman di sekitar anus.
Beruntungnya, wasir biasanya merespons baik terhadap krim dan supositoria rektal yang dijual bebas di apotek yang mengandung hidrokortison.
Sering mandi air hangat, makan makanan tinggi serat, dan menggunakan pelunak feses juga dapat membantu mengurangi ketidaknyamanan wasir.
Jika perawatan awal gagal, dokter mungkin perlu melakukan operasi kecil untuk mengangkat wasir.
5. Angiodisplasia
Jika penyebab tinja berdarah enggak jelas, kemungkinan disebabkan oleh angiodisplasia atau malformasi vaskular usus.
Angiodisplasia pada umumnya berhubungan dengan penyakit ginjal stadium akhir, penyakit von Willebrand, dan gagal ginjal stadium akhir.
Bergantung pada lokasinya, angiodisplasia dapat diobati dengan obliterasi endoskopik.
Perawatan lain yang bisa dilakukan, yakni termasuk terapi hormon, transfusi darah berkala, dan suplemen zat besi. Untungnya, pada kebanyakan orang, angiodisplasia dapat hilang dengan sendirinya.
(Penulis: Irawan Sapto Adhi)
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dunia satwa dan komik yang kocak, langsung saja berlangganan majalah Bobo, Mombi SD, NG Kids dan Album Donal Bebek. Tinggal klik di www.gridstore.id.