Find Us On Social Media :

Belum Selesai dengan Virus Corona, Negara Ini Harus Hadapi Wabah Lain yang Enggak Kalah Ganas

Ilustrasi penanganan wabah virus.

GridKids.id - Virus corona Covid-19 pertama kali muncul di tahun 2019. Sampai sekarang, virus ini masih terus menyebar di berbagai negara.

Meski ada beberapa negara yang dinilai sudah terbebas dari Covid-19, beberapa negara lain masih ada yang harus berjuang melawan pandemi ini.

Bahkan, sejumlah negara sekarang sedang menghadapi virus corona gelombang kedua. 

Namun belum lama setelah mulai bisa mengendalikan gelombang kedua virus corona, Singapura sekarang dihadapkan pada wabah lainnya, yaitu demam berdarah dengue (DBD).

Kasus Demam Berdarah

Menurut Badan Lingkungan Nasional Singapura (NEA) lebih dari 14.000 kasus DBD sudah dilaporkan di negara ini sejak awal tahun 2020.

Sementara itu, jumlah keseluruhan kasus sepanjang tahun 2020 diperkirakan akan melebihi rekor wabah demam berdarah terbanyak dalam sejarah Singapura, yaitu 22.170 kasus pada 2013.

DBD adalah infeksi virus yang ditularkan oleh nyamuk Aedes, nyamuk yang juga jadi penyebar zika, chikungunya, dan demam kuning.

Nyamuk ini umumnya ditemukan di daerah tropis dan subtropis yang panas dan lembap selama musim hujan.

Hanya sekitar 25 persen dari mereka yang terinfeksi menunjukkan gejala, yang meliputi demam tinggi, sakit kepala parah, nyeri otot dan sendi.

Kasus ekstrem bisa menyebabkan pendarahan, kesulitan bernapas, kegagalan organ, dan berpotensi kematian.

Baca Juga: Update Virus Corona di Asia Tenggara: Singapura Naikkan Status Jadi Oranye, Indonesia Masih Nol

Korban Enggak Selamat 

Melansir CNN International, di Singapura, 16 orang sudah meninggal karena DBD tahun ini. Angka ini dua kali lipat dari jumlah kematian tahun 2013.

Bulan Juni sampai Oktober secara umum merupakan puncak musim DBD di Singapura.

Hal ini terjadi karena percepatan perkembangan nyamuk Aedes dan periode inkubasi yang lebih pendek dari virus Dengue.

Pekan lalu, ada penambahan 1.468 kasus DBD di Singapura.

Penambahan ini menjadikan jumlah penambahan kasus DBD selama tiga minggu berturut-turut selalu di atas 1.000, sekaligus menjadi angka kasus mingguan tertinggi yang pernah dicatat Singapura.

Menanggapi kasus-kasus yang melonjak, pemerintah Singapura sudah meningkatkan pemeriksaan untuk menghilangkan habitat nyamuk potensial di area publik dan kawasan perumahan.

Selama tiga pekan terakhir, NEA menyebut ada sekitar 6.900 bangunan yang sudah menjalani inspeksi dan pengendalian vektor.

"Mayoritas perkembangbiakan nyamuk yang terdeteksi terus ditemukan di area publik dan perumahan," kata NEA dalam sebuah pernyataan, Kamis.

Mulai 15 Juli, NEA akan meningkatkan denda bagi orang-orang yang enggak mengambil tindakan untuk mencegah nyamuk berkembang biak, baik di dalam maupun di luar properti mereka.

Nyamuk dikenal menyukai sudut basah dan gelap dan daerah genangan air.

Baca Juga: Angka Pasien DBD Terus Meningkat, Inilah Cara Alami Usir Nyamuk Tanpa Bahan Kimia

Sampai 400 Juta Infeksi

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut kasus-kasus DBD meningkat secara dramatis di seluruh dunia, sampai 30 kali lipat dalam 50 tahun terakhir.

Diperkirakan ada 100-400 juta infeksi DBD setiap tahun, dan sekitar setengah dari populasi dunia sekarang berisiko terinfeksi.

Para ilmuwan mengatakan cuaca yang lebih panas dan lembap karena perubahan iklim sudah menciptakan kondisi ideal bagi nyamuk betina untuk bertelur.

Selain peningkatan populasi nyamuk, urbanisasi yang cepat terjadi di banyak negara Asia juga menyebabkan populasi hidup dalam kontak yang lebih dekat dengan nyamuk pembawa penyakit itu.

Di Singapura, para ahli percaya kalau melonjaknya kasus demam berdarah tahun ini disebabkan kemunculan kembali strain virus dengue lama yang sebelumnya enggak terdeteksi selama hampir tiga dekade.

Baca Juga: Sempat Bikin Iri Karena Dinilai Sudah Menang Lawan Virus Corona, Sekarang Negara Ini Kembali Hadapi Kasus Baru

Pengaruh Lockdown

Faktor potensial yang memperburuk wabah demam berdarah tahun ini bisa jadi adalah tindakan lockdown untuk menekan penyebaran virus corona.

Saat lebih banyak orang tinggal di rumah sepanjang hari, ada lebih banyak perkembangbiakan nyamuk di kawasan perumahan dan lebih banyak kesempatan bagi nyamuk untuk mencari mangsa.

Menurut WHO, nyamuk betina aktif pada siang hari.

Puncak periode "berburu darah" mereka adalah pagi dan sore hari sebelum senja.

NEA menyebut ada peningkatan lima kali lipat dalam penemuan larva nyamuk di rumah dan koridor umum di wilayah perumahan selama periode lockdown, dibandingkan dengan dua bulan sebelumnya.

(Penulis: Jawahir Gustav Rizal)

Baca Juga: Selain Covid-19, Jumlah Pasien DBD Juga Tinggi, Ikuti Beberapa Tips Ini Supaya Terhindar Dari Nyamuk

-----

Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dunia satwa dan komik yang kocak, langsung saja berlangganan majalah Bobo, Mombi SD, NG Kids dan Album Donal Bebek. Tinggal klik di www.gridstore.id.