Find Us On Social Media :

Disebut Lebih Mudah Menular, Benarkah Mutasi Virus Corona Lebih Berbahaya?

Mutasi Virus Corona

GridKids.id - Virus corona diduga pertama kali muncul pada akhir tahun 2019 di Wuhan, Tiongkok.

Sejak saat itu, Covid-19 dengan cepat menyebar ke seluruh dunia.

Sampai saat ini (16/6/20), sudah ada 213 negara dan wilayah yang terinfeksi virus ini.

Selama berbulan-bulan, para ilmuwan sudah memperdebatkan alasan satu variasi genetik dari virus corona jadi dominan di banyak bagian dunia.

Namun,  ilmuwan lain mengusulkan kemungkinan kalau mutasi memberi virus corona semacam keunggulan biologis. 

Melansir Kompas.com dari New York Times, penelitian terbaru yang belum ditinjau oleh kembali, menunjukkan kalau mutasi ini sepertinya mengubah fungsi biologis virus.

Temuan tersebut juga menunjukkan kalau virus yang membawa mutasi tertentu menginfeksi lebih banyak sel dan lebih tangguh daripada yang tidak mengalami mutasi.

Para peneliti di Scripps Research, Florida, menemukan kalau mutasi, yang dikenal sebagai D614G, menstabilkan protein yang menonjol pada permukaan virus.

Mutasi D614G dijelaskan oleh ilmuwan yang memimpin penelitian, Hyeryun Choe dan Michael Farzan.

"Virus dengan tonjolan yang lebih fungsional di permukaan akan lebih menular, dan ada perbedaan yang sangat jelas antara kedua virus dalam percobaan," kata Dr. Farzan.

Baca Juga: Berpenghasilan Rendah dan Miliki Sistem Kesehatan yang Tak Terlalu Baik, Negara Ini Malah Sukses Tangani Virus Corona, Belum Ada Satu pun Korban Meninggal Dunia

Mutasi D614G

Virus corona punya tonjolan seperti mahkota pada permukaan luarnya, dan karena inilah ia diberi nama corona yang berarti mahkota.

Jumlah tonjolan fungsional dan utuh pada setiap partikel virus menjadi lima kali lebih banyak karena mutasi.

Protein yang menonjol ini harus menempel pada sel agar bisa melakukan infeksi. Akibatnya, virus dengan D614G jauh lebih mungkin menginfeksi sel daripada virus tanpa mutasi.

Dr. Choe, ilmuwan senior dalam jurnal itu, mengatakan kalau virus tersebut bermutasi menjadi hampir 10 kali lebih menular daripada virus tanpa mutasi yang sama.

Ahli virologi mengatakan kalau penelitian Scripps adalah demonstrasi kuat kalau mutasi spesifik ini memang menyebabkan perubahan signifikan dalam bagaimana virus berperilaku secara biologis.

"Ini adalah penelitian eksperimental yang kuat dan bukti terbaik bahwa mutasi D614G meningkatkan potensi infeksi SARS-CoV-2," kata Eddie Holmes, seorang profesor di University of Sydney dan seorang spesialis dalam evolusi virus.

Mutasi virus corona yang dipelajari para peneliti sudah mendominasi di Eropa dan di sebagian besar Amerika Serikat, terutama di Timur Laut.

Mereka membandingkannya dengan virus tanpa mutasi itu, seperti yang ditemukan pada awal pandemi di Wuhan, Cina.

Dr. Choe mengatakan kalau hasil penelitian menunjukkan faktor biologis berperan dalam penyebaran cepat virus D614G.

"Mutasi ini bisa menjelaskan dominasi virus yang membawanya," kata Dr. Choe.

Tetapi para ilmuwan lain memperingatkan kalau akan dibutuhkan penelitian yang lebih signifikan untuk menentukan apakah perbedaan dalam virus adalah faktor yang menyebabkan terjadinya pandemi.

Faktor-faktor lain jelas memainkan peran dalam penyebaran, termasuk waktu lockdown, pola perjalanan dan faktor yang tidak diduga, kata para ilmuwan.

Baca Juga: Tumbuhkan Harapan bagi Pasien Lainnya, Pasien Covid-19 Ini Berhasil Sembuh Setelah Koma Selama 2 Bulan

Masih Perlu Ditinjau

Perhatian para ilmuwan mulai terfokus pada mutasi D614G pada bulan Mei, ketika Bette Korber, seorang peneliti di Los Alamos National Laboratory, mengunggah sebuah makalah yang menyatakan kalau saat diperkenalkan ke daerah baru virus itu dengan cepat menjadi bentuk dominan.

Meski terlihat cukup meyakinkan, tetapi banyak ilmuwan mengkritik penelitian tersebut, karena hasil analisisnya tidak cukup untuk menyimpulkan kalau virus dengan mutasi itu lebih menular pada manusia.

David Montefiori, ahli virologi di Duke University, yang terlibat dalam analisis baru, yang dipimpin oleh Dr. Korber menyebut kalau timnya menemukan hasil yang mirip dengan hasil ilmuwan di Scripps Research.

Dalam penelitian baru, tim yang dipimpin oleh Dr. Choe dan Dr. Farzan menemukan kalau virus dengan mutasi D614G lebih tangguh, dan punya lebih banyak potensi untuk menginfeksi sel daripada virus tanpa mutasi itu.

Dalam percobaan lain, mereka menemukan kalau virus yang membawa sel jaringan yang terinfeksi mutasi D614G jauh lebih efisien daripada virus tanpa mutasi.

Farzan mengatakan kalau perbedaannya mungkin berasal dari sifat biologis mutasi yang memberikan lebih banyak fleksibilitas pada protein virus dan menstabilkannya.

Vaksin virus corona, saat dikembangkan, harus bekerja dengan baik terhadap varian D614G.

(Penulis: Jawahir Gustav Rizal)

Baca Juga: Dikenal Sebagai Tempat Kumuh Terpadat di Asia, Daerah Ini Dinilai Sukses Tangani Corona, Apa Rahasianya?

-----

Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dunia satwa dan  komik yang kocak, langsung saja berlangganan majalah Bobo, Mombi SD, NG Kids  dan Album Donal Bebek. Tinggal klik di www.gridstore.id