Mutasi D614G
Virus corona punya tonjolan seperti mahkota pada permukaan luarnya, dan karena inilah ia diberi nama corona yang berarti mahkota.
Jumlah tonjolan fungsional dan utuh pada setiap partikel virus menjadi lima kali lebih banyak karena mutasi.
Protein yang menonjol ini harus menempel pada sel agar bisa melakukan infeksi. Akibatnya, virus dengan D614G jauh lebih mungkin menginfeksi sel daripada virus tanpa mutasi.
Dr. Choe, ilmuwan senior dalam jurnal itu, mengatakan kalau virus tersebut bermutasi menjadi hampir 10 kali lebih menular daripada virus tanpa mutasi yang sama.
Ahli virologi mengatakan kalau penelitian Scripps adalah demonstrasi kuat kalau mutasi spesifik ini memang menyebabkan perubahan signifikan dalam bagaimana virus berperilaku secara biologis.
"Ini adalah penelitian eksperimental yang kuat dan bukti terbaik bahwa mutasi D614G meningkatkan potensi infeksi SARS-CoV-2," kata Eddie Holmes, seorang profesor di University of Sydney dan seorang spesialis dalam evolusi virus.
Mutasi virus corona yang dipelajari para peneliti sudah mendominasi di Eropa dan di sebagian besar Amerika Serikat, terutama di Timur Laut.
Mereka membandingkannya dengan virus tanpa mutasi itu, seperti yang ditemukan pada awal pandemi di Wuhan, Cina.
Dr. Choe mengatakan kalau hasil penelitian menunjukkan faktor biologis berperan dalam penyebaran cepat virus D614G.
"Mutasi ini bisa menjelaskan dominasi virus yang membawanya," kata Dr. Choe.
Tetapi para ilmuwan lain memperingatkan kalau akan dibutuhkan penelitian yang lebih signifikan untuk menentukan apakah perbedaan dalam virus adalah faktor yang menyebabkan terjadinya pandemi.
Faktor-faktor lain jelas memainkan peran dalam penyebaran, termasuk waktu lockdown, pola perjalanan dan faktor yang tidak diduga, kata para ilmuwan.