Obrolan video berarti perlu bekerja lebih keras untuk memproses isyarat non-verbal seperti ekspresi wajah, nada suara, dan bahasa tubuh.
Nah, tuntutan untuk lebih fokus ini mengonsumsi banyak energi, Kids.
Akibatnya, kita enggak bisa bersantai, enggak seperti kalau sedang bertatap muka.
Ada juga faktor lain, seperti jeda yang terjadi antar percakapan.
“Diam menciptakan ritme alami dalam percakapan kehidupan nyata. Namun, saat itu terjadi dalam panggilan video, kamu jadi cemas,” kata Petriglieri.
Kondisi itu juga membuat orang jadi enggak nyaman.
Satu studi tahun 2014 oleh akademisi Jerman menunjukkan kalau keterlambatan telepon atau sistem konferensi membentuk pandangan kita terhadap orang-orang secara negatif.
Bahkan keterlambatan 1,2 detik saja bisa membuat orang memandang responden sebagai kurang ramah atau kurang fokus, lo.
Faktor tambahan adalah kalau kita secara fisik menggunakan kamera, kita sangat sadar sedang diawasi.
Saat berada di konferensi video, kamu tahu kalau semua orang melihatmu. Hal ini sama seperti kamu sedang berada di atas panggung.
Akibatnya, datanglah tekanan sosial dan perasaan seperti perlu tampil dengan baik. Hal ini menyebabkan ketegangan.
Selain itu, sangat sulit untuk orang-orang untuk enggak melihat wajah mereka sendiri kalau mereka bisa melihatnya di layar, atau enggak menyadari bagaimana mereka berperilaku di depan kamera.
Baca Juga: Tips Aman Menghapus Akun Zoom Secara Permanen, Agar Tidak Diretas