GridKids.id - Virus corona semakin meluas hingga ke 93 Negara di Dunia.
Di Indonesia, sudah ada 4 orang yang terjangkit virus ini, namun kondisinya semakin membaik, Kids.
Virus ini menyerang orang dengan cepat. Namun, lebih dari 50 persen orang dari keseluruhan kasus dinyatakan sembuh.
Hingga saat ini, sejumlah peneliti masih terus meneliti virus yang dianggap mirip dengan SARS dan MERS ini.
Untuk meneliti lebih lanjut, peneliti dari China melakukan otopsi untuk mengetahui bagian dalam tubuh korban yang meninggal terjangkit virus corona.
Peneliti Melihat Sesuatu yang Berbeda
Saat dilakukan otopsi, para peneliti pun dibuat kaget dan heran. Peneliti tersebut menemukan hal-hal yang belum pernah kita ketahui,
Dikutip tribunnews, laporan yang diterbitkan oleh jurnal media Inggris, The Lancet ini berdasarkan otopsi yang dilakukan para ahli dari Pusat Medis Kelima Rumah Sakit Umum, Tentara Pembebasan Rakyat di Beijing.
Baca Juga: Siapa Sangka, Berbisik Juga Bisa Sebabkan Efek Buruk pada Tenggorokan, Kok Bisa?
Mereka memperoleh sampel biopsi dan otopsi, dari seorang pria berusia 50 tahun yang meninggal akhir Januari lalu akibat virus Corona.
Hasilnya ilmuwan menemukan situasi yang mirip dengan wabah SARS, penyakit yang pernah menyerang China Selatan tahun 2002-2003.
Pada saat itu SARS menewaskan lebih dari 800 orang dan banyak negara yang juga merasakan dampak dari wabah tersebut.
Berbeda dengan wabah MERS, MERS mewabah pada tahun 2012 dan pertama kali diidentifikasi di Arab Saudi hingga menyebabkan 860 orang meninggal dunia.
Pria yang diotopsi di Beijing itu memiliki gejala awal pada 14 Januari kemudian meninggal dua minggu kemudian.
Setelah itu, dia mendonasikan tubuhnya untuk bahan penelitian jika dirinya meninggal, namun akhirnya dia benar-benar meninggal dunia.
Hasil Otopsi
Para ilmuan melakukan penelitian dengan proses otopsi, hasilnya ditemukan alveoli di kedua paru-parunya dan mengalami kerusakan.
Baca Juga: Jumlah Kasus Virus Corona di Indonesia Bertambah, Ini yang Harus Dilakukan Kalau Curiga Terinfeksi
Juga ditemukan cedera pada hatinya yang kemungkinan disebabkan oleh virus corona, Kids.
Ada kerusakan yang kurang substansial pada jaringan jantung, menunjukkan bahwa infeksi "Mungkin tidak secara langsung merusak jantung."
Peneliti mengatakan, bahwa pengobatan antiinflamasi yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) enggak boleh secara rutin digunakan di luar uji klinis.
Wa Fu-sheng dan Zhao Jingmin dua rekan penulis itu enggak mampu menghadapi kometar lebih lanjut.
Namun, mereka mencatat dalam penelitian ini enggak ada patologi yang ditemukan, sebelum kasus virus corona.
Wabah ini telah menyebabkan sekitar 102.257 orang terinfeksi dan lebih dari 3.487 orang meninggal, dan lebih dari 50 persen atau 57.659 orang yang sembuh.
Baca Juga: Banyak Diburu Akibat Virus Corona, Inilah Berbagai Manfaat dari Jahe Merah
Lihat video ini juga, yuk!