Baca Juga: Bikin Cantik Sih, Tapi Lampu di Akuarium Ternyata Bisa Buat Ikan Enggak Nyaman
GridKids.id – Kids jika kamu melihat gambar diatas, apa yang kamu pikirkan? mungkin kamu mengira ini adalah batu biasa.
Hmm.. tapi itu adalah sesuatu yang langka lho, 'kotoran' paus.
Ternyata, 'kotoran' paus ini sangat langka, Kids, karena itu harganya cukup mahal.
Kira-kira apa yang spesial dari 'kotoran’ paus itu, ya?
Ambergris, 'Kotoran' Paus yang Lebih Mahal dari Perak
‘Kotoran’ paus yang bentuknya mirip batu itu namanya ambergris. Selain dikenal sebagai 'kotoran' paus, ambergris juga dikenal sebagai 'muntahan' paus.
Ambergris adalah zat mirip lilin yang berasal dari cairan dari pencernaan paus kepala kotak.
Satu gram ambergris, harganya adalah 30 kali harga satu gram perak, lho.
Sebenarnya, ambergris bukan benar-benar seperti kotoran yang keluar setelah proses pencernaan makanan selesai. Namun menurut ilmuwan, ambergris keluar dari saluran yang sama dengan kotoran paus.
Di dalam pencernaan paus, ambergris terbentuk dari bagian hewan yang keras, seperti paruh cumi-cumi, dan zat cairan empedu yang mengikatnya.
Lama-kelamaan campuran untuk itu terus terbentuk di dalam pencernaan paus kepala kotak selama bertahun-tahun sebelum dikeluarkan.
Sebenarnya, saat ambergris terbentuk, paus kepala kotak merasa sakit perut, seperti saat kita merasa sembelit.
Baca Juga: Suka Makan Ikan Lele? Pernah Menemukan Bintik Putih pada Tubuhnya? Apakah Berbahaya?
Ini karena saluran pencernaan paus kepala kotak terhalangi oleh bola besar ambergris yang terbentuk semakin besar di pencernaannya.
Ada ilmuwan yang berpendapat bahwa ambergris di perut paus kapala kotak bisa membuat usus besar paus terus membesar lima kali lipat dan menyebabkan kematian.
Ambergris keluar dari perut paus kepala kotak dalam bentuk bongkahan besar.
Kemudian, ambergris ini mengapung di lautan.
Nah, saat mengapung di lautan dan terkena sinar matahari, ambergris yang mirip kotoran paus berubah mengeras menjadi seperti batu.
Mengapa Ambergris Dicari oleh Pembuat Parfum?
Meski harganya mahal, ambergris diidam-idamkan oleh pembuat parfum.
Yap, ambergris dicari untuk dijadikan salah satu bahan pembuatan parfum. Selama berabad-abad, banyak parfum dibuat dengan menggunakan ambergris ini.
Rupanya, ambergris mengandung sebuah senyawa yang berfungsi membuat aroma dalam parfum bertahan lebih lama.
Tapi, apa ambergris enggak memiliki aroma menyengat seperti kotoran paus?
Baca Juga: Makan Pakai Tangan Memang Nikmat, Namun Bisa Sebabkan Kegemukkan, Benarkah?
Menurut ahli, setiap pecahan ambergris bisa memiliki aroma yang berbeda-beda; ada yang seperti jamur, ada yang seperti kotoran hewan, ada yang seperti tembakau, dan yang lainnya.
Para pembuat parfum rupanya justru menggunakan aroma tajam seperti itu sebagai dasar pembuatan parfum.
Parfum yang menggunakan bahan dasar ambergris biasanya dijual dengan harga mahal, yaitu mencapai 6 – 7 juta rupiah.
Mengapa Harga Ambergris Mahal, ya?
Alasan utama ambergris dihargai mahal adalah karena bahan itu sangat langka, Kids.
Menurut ilmuwan, dari seluruh populasi paus kepala kotak, kira-kira hanya satu persen paus yang memproduksi ambergris.
Bahkan, ilmuwan yang mempelajari paus kepala kotak selama bertahun-tahun belum tentu pernah menemukan ambergris.
Namun ada juga orang yang pernah menemukan ambergris terdampar di pantai.
Baca Juga: Manfaat Ajaib Belimbing Bagi Kesehatan, Sayangnya Penderita Sakit Ginjal Enggak Boleh Mengonsumsinya
Di sisi lain, ada orang-orang yang memang mencari ambergris di lautan, lho. Mereka melacak pola cuaca dan arus laut untuk menemukan ambergris.
Tapi, ada juga negara yang melarang penduduknya menjual, membeli atau mengumpulkan ambergris, misalnya Amerika Serikat.
Ini karena paus kepala kotak adalah salah satu spesies yang terancam punah di seluruh dunia.
Meskipun enggak ada paus kepala kotak yang dilukai jika orang mengumpulkan ambergris, ilmuwan juga berpendapat bahwa menjual atau membeli produk yang berasal dari hewan yang langka itu bukanlah hal baik.
Baca Juga: Antartika Capai Rekor Baru Tentang Kenaikan Suhu, Bumi Makin Panas?
(Penulis: Avisena Ashari)
Yuk, lihat video ini juga!