GridKids.id - Cerita Paidi mungkin bisa bikin kamu untuk enggak patah semangat.
Paidi membuktikan jika seseorang terus berusaha dan enggak patah semang maka akan berbuah hasil.
Paidi dulu dikenal sebagai pemulung dari desa Kepel, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun dengan ekonomi yang kurang.
Namun, Paidi bisa merubah takdirnya. Kini ia menjadi seorang yang sukses.
Dulu, rumahnya hanya berdinding anyaman bambu dan berlantaikan tanah.
Namun, hidupnya kini berubah total setelah dirinya berhasil mengembangkan porang (sejenis umbi yang dapat dijadikan bahan makanan, kosmetik, dll) dan menjadikannya sebuah bisnis.
Tak hanya itu, kini Paidi menjadi sosok yang banyak dicari kalangan petani.
Karena ia telah memberikan modal bagi petani-petani di kampung halamannya untuk mengembangkan porang.
Baca Juga: 5 Manfaat Cokelat untuk Kesehatan, Salah Satunya Baik untuk Jantung
Hasil bisnis porangnya berhasil hingga di ekspor ke luar negeri.
Pada awalnya, Paidi mengenal porang dari teman sepanti asuhan di Desa Klagon, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun.
Di rumah temannya, Paidi dikenalkan dengan tanamasn porang dan cara budidayanya.
Tertarik dengan tanaman tersebut, Paidi pun mempelajari budidaya tanaman porang melalui dunia maya.
"Setelah saya cek, ternyata porang menjadi bahan makanan dan kosmetik yang dibutuhkan perusahaan besar di dunia," ungkap Paidi.
Melihat peluang itu, Paidi pun mencari peluang untuk mengembangkan tanaman porang di dunia bisnis.
Namun, ia mendapat kendala pada saat membudidaya porang.
Kondisi lahan pertanian di kampung halamannya mempunyai kontur berbukit-bukit, sehingga memakan waktu panen cukup lama yaitu tiga tahun.
Baca Juga: Jarang Diketahui, Enggak Nyangka Ternyata Makanan Pedas Bisa Bikin Mimpi Buruk
Berbekal pencarian di Google, Paidi mendapatkan banyak ilmu tentang bagaimana mengembangkan porang di lahan pertanian terbuka.
Hasil pencarian itu lalu dikumpulkan dalam satu catatan yang dinamai sebagai revolusi tanam baru porang.
"Menanam porang rata-rata harus di bawah naungan.”
“Di sini, menanam tanpa harus naungan. Kami menggunakan revolusi pola tanam baru," kata Paidi.
Paidi mengatakan, dengan revolusi tanam baru, hasil panennya berbeda jauh dengan pola tanam konvensional yang mengandalkan di bawah naungan pohon.
Dengan menggunakan cara revolusi tanamannya, ia dapat menghasilkan hasil panen maksimal melebihi tanaman konvensional.
"Kalau pakai pola tanam konvensional, panennya paling cepat tiga tahun.”
“Sementara dengan pola tanam baru bisa lebih cepat panen enam bulan hingga dua tahun dan hasilnya lebih banyak lagi," ujar Paidi.
Ia juga berpikir untuk mengejar usahanya yang bersaing dengan pabrik pengelola porang yang semakin banyak.
"Kalau menunggu tiga tahun, lama sekali. Untuk itu, butuh revolusi pola tanam sehingga bisa mempercepat panen," ujar Paidi.
Baca Juga: Jangan Salah, Ternyata Inilah Buah yang Baik Dikonsumsi Bagi Penderita Diabetes
Tak mau sukses sendiri, Paidi tak pelit berbagi ilmu.
Ia membagi ilmu dari cara bertanam hingga memberikan informasi harga porang dengan membuat blog dan channel YouTube yang bisa diakses siapa pun.
"Saya buat tutorial di akun infoasalan atau paidiporang," ungkap Paidi.
Kurang lebih sudah puluhan video yang dibuat oleh Paidi untuk dibagikan pada netizen tentang bagaimana cara membudidaya tanaman porang.
Harapannya, ilmu yang dibagikan di media sosial itu dapat menarik petani di mana pun untuk mengembangkan porang.
Apalagi, porang gampang dikembangkan dan mudah untuk dipasarkan.
Ditanya omzet yang ia dapatkan dari pengembangan porang di Desa Kepel, Paidi mengatakan sudah mencapai miliaran rupiah.
"Sudah di atas satu miliar," kata Paidi.
Selain berbagi melalui media sosial, Paidi juga berbagi ilmu langsung pada petani di kampungnya.
Dengan membagikan bibit unggul gratis sebanyak 30 kilogram, Paidi telah menghitung hasil panennya dalam jangka dua tahun bisa menghasilkan nilai jual seharga Rp72 juta.
(Penulis: