GridKids.id - Kids, pernahkah kamu mendengar istilah antroposen?
Antroposen merupakan sebuah istilah yang coba menjelaskan era di mana manusia jadi salah satu faktor utama perubahan yang terjadi di planet Bumi.
Bumi kita telah berubah, hal ini berlangsung cukup lama dari waktu ke waktu.
Perubahan yang terjadi membawa ‘wajah’ Bumi tak lagi sama dan tak hanya mempengaruhi kehidupan kita saja.
Perubahan yang terjadi tak hanya dirasakan oleh manusia, melainkan juga makhluk hidup lain, seperti hewan dan tumbuhan.
Perubahan terjadi di hampir seluruh dunia, hal ini kemungkinan bermula dari makin bertambahnya populasi manusia di dunia.
Ketika jumlah manusia di muka Bumi terus bertambah, maka akan semakin banyak sumber daya yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Jika banyak dari kita berpikir kehidupan dan kebutuhan manusia hanya berputar-putar pada sandang, papan, dan pangan, mungkin situasi yang ada akan jauh berbeda.
Nyatanya kini manusia memiliki kebutuhan sekunder, tersier, dan bahkan kebutuhan-kebutuhan lain yang tak terbayangkan banyaknya.
Manusia tumbuh dan berkembang menjadi predator, ya, istilah yang sering disematkan pada hewan buas atau hewan paling kuat dalam rantai makanan sebuah ekosistem.
Manusia menjadi predator yang paling ditakuti karena memiliki akal dan pikiran untuk memastikan keinginan dan kebutuhannya terpenuhi.
Baca Juga: Berapa Banyak Hewan yang Punah Akibat Aktivitas Manusia? #AkuBacaAkuTahu
Jika kemampuan alami dari makhluk hidup tak terbendung, manusia bisa memperhitungkan cara untuk mengambil keuntungan dan manfaat tanpa membahayakan diri sendiri.
Misalnya ketika manusia menangkap hewan-hewan buas yang kekuatannya jauh daripada kemampuan manusia, teknologi dan perangkap akan dirancang untuk melumpuhkan hewan-hewan itu.
Manusia dengan akalnya bisa mengambil banyak hal dari alam, namun jika tanpa batas dan kendali maka yang terjadi adalah kelangkaan hingga kerusakan lingkungan.
Manusia dan Kebutuhan yang Tak Terbatas
Manusia adalah pelopor, dalam hal-hal baik maupun hal-hal yang mengantarkannya kepada berbagai problem kehidupan yang datangnya silih berganti.
Tak melulu berkaitan dengan dunia dalam dirinya, manusia telah menciptakan masalah-masalah dalam dunia yang melingkupinya.
Hal ini tak bisa dihindari mengingat manusia terus tumbuh, berkembang, dan belajar bertahan hidup.
Mungkin kehidupan manusia di awal-awal peradaban tak akan bisa disamakan dengan kehidupan manusia masa kini.
Ya, dulu bertahan hidup bisa dilakukan dengan berbagai situasi dan keterbatasan.
Mungkin manusia secara alami bisa bertahan hidup dengan sumber daya yang ada di sekitar.
Baca Juga: Kenapa Burung yang Tak Bisa Terbang Rentan Punah? #AkuBacaAkuTahu
Berbeda dengan saat ini, ketika manusia memerlukan banyak sekali bantuan untuk bisa melakukan aktivitasnya sehari-hari.
Pada hal-hal sederhana seperti mobilisasi yang tak bisa lepas dari keseharian, manusia kini telah sangat terbantu mempersingkat perpindahan dari satu tempat ke tempat lain dengan memanfaatkan teknologi transportasi.
Kalau nenek moyang kita dulu, kakinya telah beradaptasi dan terlatih menjadi kokoh karena saat itu bepergian hanya bisa dilakukan dengan jalur darat, tak peduli panas, hujan, maupun badai.
Namun, seiring waktu ketika populasi manusia semakin banyak, maka sejalan juga dengan berbagai kebutuhan.
Dari kebutuhan-kebutuhan manusia untuk bertahan hidup dan mempermudah segala aktivitasnya, lahirlah beragam teknologi mulai dari yang sederhana hingga yang mutakhir.
Manusia dan Kebutuhan Meninggalkan Jejak Peradaban
Seiring makin meningkatnya kemampuan manusia dalam bertahan hidup di berbagai situasi, muncul kebutuhan untuk meninggalkan jejak.
Ya, mungkin kalau sekarang ketika kita ingin memberitahu orang lain tentang apa yang kita lakukan, kita selalu bisa meng-update-nya lewat media sosial.
Tak perlu repot, kita bisa menuliskan apapun pesan yang mau kita sampaikan, disertai sematan foto maupun video sebagai pendukung.
Namun, hal itu tentu tak bisa dilakukan oleh manusia-manusia purba atau nenek moyang kita.
Salah satu jalan awal untuk meninggalkan jejak keberadaan mereka bagi manusia-manusia yang akan lahir setelahnya adalah lewat lukisan.
Baca Juga: Teknologi Terus Berkembang, Bisakah Manusia Pindah ke Planet Lain?
Ya, kala itu komunikasi maupun interaksi antara sesama manusia belum secanggih saat ini.
Bahkan bahasa yang memudahkan kita menyampaikan dan menerima informasi mungkin belum dikenal.
Inilah yang membuat lukisan atau simbol-simbol menjadi salah satu cara manusia pada masa itu untuk berkomunikasi.
Kamu tentu pernah dengar tentang lukisan-lukisan di dinding gua yang berasal dari jutaan tahun lalu.
Bukannya tanpa tujuan, manusia yang kala itu belum membangun peradaban sekali pun menyadari bahwa mereka ingin mencatat apa yang mereka temui dan alami pada masanya.
Dari lukisan, manusia mulai menuliskan aksara-aksara kuno yang memastikan pertukaran informasi menjadi lebih mudah dan naik tingkat.
Dari batu, tanah, daun, hingga dinding gua, manusia menyadari aksara yang dituliskan di sana akan termakan waktu dan hilang juga pada akhirnya.
Akal manusia yang berkembang mendorong mereka mencari media yang jauh lebih awet untuk menuliskan tentang peradaban dan pencapaian mereka.
Dari situlah lahir kertas, yang kini produksinya masif dan menyumbang makin banyaknya pohon-pohon yang harus tumbang di hutan.
Apa-apa yang melekat pada diri kita, sebenarnya lahir dari hal-hal yang diambil dari alam.
Baca Juga: Sejarah Buku, Berawal dari Keinginan Manusia Purba Meninggalkan Jejak Kehidupan
Ketika kita enggak ingat untuk merasa cukup, maka akan banyak kerusakan dan efek buruknya bagi alam dan makhluk hidup lainnya, salah satunya kepunahan.
Manusia Menyebabkan Kepunahan Keanekaragaman Hayati
Manusia memiliki banyak jenis kebutuhan, salah satunya untuk menunjukkan eksistensinya di mata yang lain.
Salah satu cara menunjukkan eksistensi dan kelebihan manusia adalah dengan memiliki hewan-hewan langka.
Kamu tentu tahu kalau rumah atau habitat asli hewan-hewan sebenarnya ada di alam liar.
Namun, karena manusia sadar mereka punya kuasa dan kekuatan untuk memastikan hewan-hewan itu bisa dipelihara, hal ini kini jadi sesuatu yang biasa, meski keliru dan enggak tepat.
Tentu pemerintah dan lembaga-lembaga berwenang sudah berupaya untuk menjaga kelestarian hewan dan tumbuhan langka di alam liar.
Namun, kata 'langka' di telinga manusia-manusia yang egois malah jadi sesuatu yang menumbuhkan rasa ingin memiliki dengan cara yang enggak bijak.
Kelangkaan makhluk hidup di alam liar malah sering jadi alasan bagi orang-orang yang enggak bertanggung jawab untuk memperjual belikan satwa-satwa liar juga flora langka.
Mungkinkah manusia akan berhasil melindungi keanekaragaman hayati dari upaya-upaya perampasan yang sembunyi-sembunyi?
Apakah pada akhirnya nanti manusia akan sadar bahwa makhluk hidup juga punya hak yang sama untuk merasa bebas tinggal di habitatnya sendiri?
Pertanyaan: |
Apa yang dimaksud dengan teori antroposen itu? |
Petunjuk, cek lagi halaman 1. |
----
Jangan lupa kunjungi juga akun youtube GridKids untuk mendapatkan berbagai informasi visual dalam bentuk video dan shorts yang bisa menambah wawasanmu, Kids!
Komentar