Sedangkan, singa atau barongsai yang berasal dari selatan punya sisik dan jumlah kaki antara dua atau empat dan bertanduk.
Asal-Usul dan Filosofi Barongsai dalam Perayaan Imlek
Di negara asalnya, barongsai adalah simbol dari penjaga dan pengusir roh jahat dan kesialan, Kids.
Dalam buku berjudul Agama dan Kearifan Lokal dalam Tantangan Global karya Bapak Irwan Abdullah, barongsai adalah tarian yang berakar dari era Dinasti Chin pada sekitaran abad 3 SM.
Pada abad selanjutnya, tepatnya era Dinasti Nan-Bei, barongsai jadi tradisi yang populer.
Barongsai dibawa masuk Indonesia pada era migrasi besar-besaran penduduk Tiongkok di abad 17 silam.
Penamaan Barongsai disebut berasal dari bahasa Jawa dan dialek hokian (sai berarti singa).
Barongsai identik dengan kegiatan dan aktivitas kelenteng yang tersebar di kepulauan Nusantara, seperti di Jawa, Sumatera, juga Kalimantan.
Sebelum barongsai menari dan memulai atraksi, para penarinya wajib menjalani ritual lebih dulu.
Tujuan ritualnya adalah doa agar semuanya lancar dan para dewa datang untuk menguatkan juga menjaga keselamatan semua orang.
Bahkan menurut sebuah artikel ilmiah yang rilis pada 2017 berjudul Atraksi Barongsai: Dari Klenteng ke Mall, Sebuah Fenomena Desakralisasi Simbol Ritual Agama karya Ibu Amilda Sani dari UIN Raden Fatah Palembang, atraksi barongsai aslinya punya makna religius karena dianggap menghubungkan alam manusia dengan alam gaib.
Tarian lincah yang riuh dengan suara iringan itu ternyata tarian ritual yang sakral dan enggak bisa sembarangan dipentaskan.
Baca Juga: Selalu Muncul Setiap Imlek, Ini Makna Tarian Barongsai #AkuBacaAkuTahu
Source | : | Indonesia Kaya |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Regina Pasys |
Komentar