Jarak ini juga bisa menghalangi pertukaran budaya dan pemahaman yang lebih mendalam antarkelompok, memperkuat stereotip, dan memupuk etnosentrisme.
3. Sejarah
Warisan historis dan pengalaman masa lalu suatu kelompok bisa menjadi pemicu etnosentrisme.
Konflik atau ketidaksetaraan masa lalu bisa memberikan dasar emosional untuk memandang kelompok lain dengan sikap negatif.
Kenangan akan peristiwa traumatis atau ketidakadilan bisa mendorong kelompok untuk mempertahankan identitas mereka dan merendahkan kelompok lain.
4. Prasangka Sosial
Prasangka sosial, yang melibatkan pembentukan pendapat atau penilaian terhadap kelompok lain tanpa dasar yang cukup bisa memperkuat etnosentrisme.
Stereotip negatif atau mitos budaya bisa mengakar dalam masyarakat dan mempengaruhi persepsi terhadap kelompok lain.
Prasangka semacam itu bisa memicu perilaku etnosentris dan meneguhkan pemisahan antarkelompok.
5. Loyalitas
Tahukah kamu? Loyalitas terhadap kelompok sendiri bisa menjadi faktor pendorong etnosentrisme.
Baca Juga: 6 Faktor Penyebab Terjadinya Konflik Sosial di Lingkungan Masyarakat
Ketika individu atau kelompok sangat terikat pada identitas kelompok mereka, mereka cenderung melihat kelompok lain sebagai ancaman atau inferior.
Loyalitas yang berlebihan bisa menghalangi keterbukaan terhadap keberagaman dan memperkuat batasan antarkelompok.
Untuk mengatasi etnosentrisme, diperlukan pendekatan, seperti pendidikan multikultural, promosi dialog antarkelompok, dan pembentukan kesadaran akan dampak negatif etnosentrisme bisa menjadi langkah-langkah kunci.
Peningkatan pemahaman terhadap multikulturalisme, pengurangan jarak sosial, dan revisi sejarah yang lebih inklusif, penolakan prasangka sosial bisa membantu menciptakan masyarakat yang lebih terbuka, adil, dan harmonis.
Sekarang sudah tahu ya, Kids, apa saja faktor penyebab terjadinya etnosentrisme dan penjelasannya.
-----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kompas.com,gramedia.com |
Penulis | : | Rizky Amalia |
Editor | : | Danastri Putri |
Komentar