GridKids.id - Hai, Kids, masih di artikel Belajar dari Rumah (BDR) materi Antropologi kelas XI SMA.
Sebelumnya kamu telah lebih dulu membahas tentang pengantar ilmu arkeologi.
Dari uraian sebelumnya kamu telah memahami dasar dari ilmu arkeologi sebagai pendukung narasi sejarah berdasarkan bukti fisik sezaman.
Nah, kali ini kamu akan diajak mengenal berbagai jenis atau contoh dari artefak atau temuan arkeologi.
Artefak bisa dipahami sebagai bentuk kebudayaan yang sifatnya material dan diproduksi atau dibuat oleh masyarakat pendukung sebuah kebudayaan.
Artefak bisa jadi penunjuk seberapa cerdas manusia saat itu dalam penciptaan alat untuk mengatasi berbagai masalah dan kesulitan pada masanya.
Artefak juga jadi bentuk peninggalan manusia untuk menyelidiki fenomena budaya yang terjadi di masa lampau.
Yuk, lihat apa saja contoh artefak-artefak arkeologi yang perlu kamu ketahui.
Contoh Artefak Peninggalan Masa Lampau
1. Senjata
Senjata digunakan untuk berburu dan mengumpulkan makanan.
Baca Juga: Berbagai Senjata Tradisional Daerah-Daerah di Seluruh Indonesia
Beberapa senjata terbuat dari batu yang diasah digunakan untuk berburu, memotong, hingga menjadi pisau untuk membuat berbagai benda-benda yang mereka gunakan sehari-hari seperti pakaian, perhiasan, peralatan rumah, dan masih banyak lagi.
Seiring perkembangannya, senjata mengalami berbagai perubahan tergantung kondisi dan situasi masyarakatnya.
Dulunya senjata dibuat dari material kayu, lalu berubah jadi besi dan tembaga, hingga logam seperti yang umum dikenal hari ini.
Senjata juga jadi simbol pertahanan teritorial atau daerah kekuasaan manusia pada masanya.
2. Wadah
Temuan wadah fungsinya untuk menampung, menyimpan, atau membawa barang.
Orang zaman dulu, biasanya menggunakan serat kayu atau rotan dan menjadikannya anyaman untuk membentuk wadah.
Selain wadah, dikenal juga bejana yang jadi tempat menaruh sesajen untuk keperluan upacara agama atau wadah minum.
Penggunaan wadah dari waktu ke waktu makin beragam dan bahkan jadi penunjuk status sosial pemiliknya.
3. Pakaian
Pakaian jadi salah satu kebutuhan dasar manusia yang penting untuk bisa bertahan hidup.
Baca Juga: 3 Fungsi Pakaian Adat Indonesia yang Beragam dengan Maknanya
Dulunya manusia menggunakan kulit hewan dan kulit pohon sebagai bahan pakaian.
Hal ini menyesuaikan juga dengan iklim dan lingkungan tempat tinggal mereka.
Pakaian jadi simbol status sosial pemakainya, hal ini bisa langsung terlihat ketika dikenakan oleh seseorang.
Tak hanya jadi penanda status sosial, pakaian juga jadi simbol budaya masyarakat yang mengenakannya.
4. Perhiasan
Selain pakaian, orang zaman dulu juga telah mengenal perhiasan sebagai pelengkap penampilan.
Dulunya perhiasan dipergunakan untuk melengkapi upacara perkawinan, kematian, dan upacara adat lainnya.
Manusia pada zaman dulu melihat perhiasan sebagai benda yang magis dan punya kekuatan gaib dari Tuhan atau penciptanya.
Dulunya perhiasan dibuat dari kulit kerang, batu, tulang hewan, hingga tulang manusia.
Namun, kini fungsi perhiasan telah berubah menjadi simbol status sosial dalam masyarakat.
Meski begitu dalam masyarakat tertentu perhiasan tetap menyimpan makna tertentu sesuai nilai yang diyakini masyarakat pendukungnya.
Baca Juga: 6 Jenis Pakaian Adat Bali dan Makna di Baliknya, Salah Satunya Udeng
5. Alat Transportasi
Meski enggak bisa dibayangkan seberapa sederhananya jika dibandingkan saat ini, transportasi juga sudah dikenal sejak zaman nenek moyang kita, lo.
Manusia sejak dulu telah melakukan mobilisasi, berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya.
Hal ini bisa mendukung manusia bertahan hidup sehingga manusia pada zaman dulu pun memutar otak bagaimana caranya menempuh jarak jauh dengan transportasi.
Dulunya hewan tertentu seperti kuda, lembu, dan unta membantu manusia bermobilisasi.
6. Patung dan Relief
Temuan patung dan relief adalah bentuk budaya prasejarah, ketika manusia belum mengenal tulisan.
Patung-patung peninggalan bersejarah itu dulunya diciptakan sebagai sesembahan.
Patung dibuat sedemikian rupa sebagai simbol rasa syukur dan hormat manusia pada sang pencipta.
Budaya menyembah patung ini dikenal dengan istilah totemisme.
Relief adalah pahatan yang digambarkan di atas batu yang jadi bagian dari bangunan besar.
Biasanya terdapat gambaran kehidupan tokoh penting di masa lalu untuk meninggalkan jejak kehidupan masyarakat di suatu masa.
Baca Juga: Mengenal Makna Tersembunyi di Relief Candi Borobudur, Apa Saja?
7. Prasasti
Prasasti adalah dokumen tertulis yang diukir di atas batu atau logam dengan aksara kuno.
Prasasti fungsinya untuk memperingati bagaimana suatu peristiwa terjadi atau monumen peringatan tentang hari-hari besar.
Biasanya prasasti juga memuat aturan sosial yang enggak boleh dilanggar oleh masyarakat di suatu kerajaan.
Selain itu prasasti juga bisa berisi pujian hingga silsilah keluarga raja.
8. Mata uang
Dulunya masyarakat kuno juga memiliki mata uang atau alat tukarnya sendiri.
Hal ini digunakan supaya kegiatan barter atau jual beli bisa berjalan sama-sama enggak merugikan satu sama lain.
Namun, ketika bicara tentang barter berarti sebuah sistem jual beli tanpa uang yang menukar barang yang dibutuhkan satu sama lain, Kids.
Mata uang mulai muncul untuk menjawab persoalan jual beli yang kadang kurang sepadan dan kurang tepat guna.
Awalnya mata uang berupa kepingan mirip kerang, namun setelah teknologi lebih maju, mata uang dibuat dari logam.
9. Alat musik
Baca Juga: 20 Nama Peninggalan Prasasti di Indonesia dan Lokasi Penemuannya
Alat musik adalah salah satu artefak masyarakat tempo dulu yang banyak digunakan dalam upacara adat.
Alat musik digunakan untuk mengiringi pertunjukan hiburan rakyat.
Arkeologi memiliki cabang ilmu yang mendalami tentang alat musik yang dikenal dengan istilah arkeomusikologi.
Pertanyaan: |
Seperti apakah wadah dalam bentuk artefak peninggalan masyarakat kuno dulu? |
Petunjuk, cek lagi halaman 2. |
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Danastri Putri |
Komentar