GridKids.id - Hai, Kids, kali ini kamu akan diajak melihat lagi seperti apa nenek moyang hewan-hewan di dunia.
Sebelumnya kamu sudah membahas tentang nenek moyang kucing, gajah, buaya, hingga burung.
Nah, kali ini kamu akan diajak membahas tentang nenek moyang salah satu hewan mamalia bertubuh besar yaitu badak.
Peneliti berhasil merinci sejarah evolusi badak, meski dalam prosesnya enggak mudah karena banyak yang spesies yang punah.
Awalnya diketahui ada sekitar 100 spesies badak yang tersebar di Afrika, Eurasia, Amerika Utara dan Tengah.
Jika badak yang kita tahu hari ini berukuran cukup besar tanpa bulu, dulunya ada badak yang ukurannya sangat besar dan punya bulu yang menyelimuti tubuhnya.
Badak berbulu ini disebut Coelodonta antiquitatis punya bobot tubuh sebanyak 2.000 kg dengan tanduknya saja setingga 1,5 meter.
Dari sekitar 100 spesies itu pada era Pleistosen sekitar 11.500 tahun lalu, hanya ada sembilan spesies badak yang tersisa di muka Bumi.
Para peneliti lalu mengklasifikasikan hubungan genetik dari lima spesies badak yang masih hidup dan tiga di antaranya bahkan punah sebelum zaman es berakhir.
Dilansir dari kompas.com, pemisahan leluhur badak terjadi 16 juta tahun lalu ketika era Miosen awal yang menciptakan dua garis keturunan badak berbeda, di Afrika dan Eurasia.
Perpecahan ini terjadi karena penyebaran geografis bukan perbedaan fisik yang terlihat pada mereka.
Baca Juga: Benarkah Nenek Moyang Paus adalah Hewan Darat? #AkuBacaAkuTahu
Para peneliti menemukan kalau badak sebenarnya memang kurang keragaman genetik sepanjang hidupnya.
Tanda populasi yang kecil bisa memicu berbagai penyakit genetik karena mutasi yang rusak.
Badak yang keragaman genetiknya rendah mau enggak mau terus melakukan perkawinan sedarah yang memicu makin tingginya mutasi gen yang bermasalah.
Menurut peneliti dari University of Kopenhagen, Mick Westbury, delapan spesies badaknya umumnya menunjukkan penurunan populasi yang terus-menerus, namun selama 2 juta tahun terakhir ukuran populasinya makin kecil.
Penelitian menunjukkan bahwa meski populasinya kecil ternyata bisa mengatasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungannya dari waktu ke waktu.
Meski keragaman genetik yang rendah sudah ada pada badak sejak awal tapi kondisinya makin parah sekarang.
Hal ini kini terlihat dengan makin terancam punahnya badak-badak endemik di berbagai belahan dunia.
Situasi ini diperkirakan adalah andil manusia yang menyebabkan kerusakan habitat hingga perburuan liar badak untuk diambil cula-nya.
Studi yang dimuat dalam jurnal Cell menunjukkan kalau keragaman genetik rendah enggak selalu berarti badak dalam masalah atau terancam.
Hal yang perlu diperhatikan adalah peningkatan ukuran populasi mereka di masa mendatang.
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Regina Pasys |
Komentar