Para peneliti menemukan kalau badak sebenarnya memang kurang keragaman genetik sepanjang hidupnya.
Tanda populasi yang kecil bisa memicu berbagai penyakit genetik karena mutasi yang rusak.
Badak yang keragaman genetiknya rendah mau enggak mau terus melakukan perkawinan sedarah yang memicu makin tingginya mutasi gen yang bermasalah.
Menurut peneliti dari University of Kopenhagen, Mick Westbury, delapan spesies badaknya umumnya menunjukkan penurunan populasi yang terus-menerus, namun selama 2 juta tahun terakhir ukuran populasinya makin kecil.
Penelitian menunjukkan bahwa meski populasinya kecil ternyata bisa mengatasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungannya dari waktu ke waktu.
Meski keragaman genetik yang rendah sudah ada pada badak sejak awal tapi kondisinya makin parah sekarang.
Hal ini kini terlihat dengan makin terancam punahnya badak-badak endemik di berbagai belahan dunia.
Situasi ini diperkirakan adalah andil manusia yang menyebabkan kerusakan habitat hingga perburuan liar badak untuk diambil cula-nya.
Studi yang dimuat dalam jurnal Cell menunjukkan kalau keragaman genetik rendah enggak selalu berarti badak dalam masalah atau terancam.
Hal yang perlu diperhatikan adalah peningkatan ukuran populasi mereka di masa mendatang.
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Regina Pasys |
Komentar