GridKids.id - Kids, kembali lagi di artikel Belajar dari Rumah (BDR) materi Sejarah XI SMA.
Di artikel sebelumnya kamu sudah lebih dulu belajar tentang perlawanan rakyat Aceh terhadap pendudukan Jepang di Indonesia.
Bermula dari sentimen agama, perlawanan rakyat Aceh kepada Jepang akhirnya pecah, nih.
Nah, kali ini kamu akan kembali belajar bersama tentang perlawanan PETA di Blitar, Jawa Timur.
Yuk, simak uraian lengkap penjelasan sejarahnya di bawah ini, Kids.
A. Pemberontakan PETA di Blitar
Pada 14 Februari 1945, pecah perlawanan di kota Blitar, Jawa Timur.
Perlawanan ini dianggap sangat menghebohkan karena prajurit PETA bentukan Jepang di bawah Shodanco Supriyadi, Shodanco Muradi, dan Shodanco Sunantu balik melawan militer Jepang.
Situasi ini tentunya enggak muncul tiba-tiba, ya, Kids.
Perilaku diskriminasi dari prajurit-prajurit Jepang hingga perilaku militer Jepang yang menindas rakyat juga menyebabkan timbulnya kemarahan para anggota PETA, nih, Kids.
Meski gagal, enggak bisa dipungkiri pemberontakan ini sempat membuat Jepang kewalahan, lo.
Baca Juga: Sejarah Pemberontakan PETA terhadap Jepang, Materi IPS Kelas 8
Hal ini bisa terlihat dari dikerahkannya semua kekuatan militer untuk menghentikan perlawanan dari pihak yang enggak terduga-duga ini.
Pemberontakan yang gagal ini membuat pihak Jepang menghukum para pelaku sekeras-kerasnya.
421 anggota PETA Blitar yang terlibat, 78 di antaranya dihukum berat.
Shodanco Muradi dan Shodanco Sunanto dihukum mati di 16 April 1945.
Sedangkan nasib Shodanco Supriyadi sampai hari ini masih belum jelas.
Terlalu banyak simpang siur tentang keberadaannya yang seolah hilang ditelan bumi sejak pemberontakan PETA berhasil dihentikan.
B. Perlawanan Rakyat di Kalimantan Barat
Serdadu Jepang dikenal berlaku kejam pada rakyat Indonesia.
Hal-hal kecil yang enggak sesuai untuk mereka bisa membuat rakyat harus dihukum secara berlebihan.
Kekejaman Jepang makin menjadi- jadi setelah Sekutu melancarkan serangan untuk merebut kedudukannya.
Orang-orang yang dicurigai ditangkap lalu dijatuhi hukuman pancung di muka umum.
Baca Juga: Sejarah PETA, Pasukan Gerilya Bentukan Jepang di Masa Penjajahan
Pada 16 Oktober 1943, sekitar 70 orang mengadakan pertemuan di gedung bioskop Merdeka Sepakat di Pontianak.
Perkumpulan itu merencanakan pengadaan perlawanan pada Jepang di 8 Desember 1943.
Rencana perlawanan ini diketahui atau bocor ke Jepang karena ada mata-mata.
Seminggu pasca pertemuan itu, Jepang menangkap orang-orang dan melenyapkan mereka termasuk Sultan Pontianak, Sjarif Muhammad Ibrahim Sjafiuddin.
Nasib orang-orang lain juga enggak jauh berbeda, mereka meninggal dengan tragis dilenyapkan oleh militer Jepang dan dikuburkan di Mandor, dekat Pontianak.
Pertanyaan: |
Siapa saja tokoh pemimpin perlawanan PETA di Blitar, Jawa Timur? |
Petunjuk, cek lagi halaman 1. |
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Regina Pasys |
Komentar