GridKids.id - Kids, tahukah kamu seperti apakah nenek moyang gajah modern itu?
Sama seperti hewan-hewan purba di muka bumi lainnya, gajah melalui proses evolusi kehidupan yang panjang selama puluhan juta tahun lamanya.
Sebagai salah satu hewan terbesar yang hidup di muka Bumi, gajah juga merupakan salah satu hewan yang telah melalui era evolusi yang sangat panjang, lo, Kids.
Gajah yang kita kenal hari ini berwarna abu-abu dengan kulit yang cukup tebal terutama di bagian kakinya.
Namun, ternyata nenek moyang gajah yang melalui cuaca ekstrem puluhan juta tahun yang lalu memiliki bulu yang sangat tebal di tubuhnya, lo.
Ketika iklim ekstrem merubah wajah bumi, banyak hewan yang turut berubah secara dramatis karena kehilangan habitat hingga harus menyesuaikan dengan hilangnya banyak persediaan makanan.
Bersumber dari laman kompas.com, gajah menjadi satu-satunya spesies yang tersisa dari famili Elephantidae yang masuk ke ordo Proboscidea kuno.
Lalu, seperti apakah nenek moyang gajah itu? Apa yang membedakannya dengan gajah modern yang kita kenal saat ini?
Nenek Moyang Gajah dan Kepunahannya
Proboscidea adalah beragam hewan herbivora yang tersebar luas ke seluruh dunia dari asalnya di Afrika.
Persebarannya terjadi sekitar 60 juta tahun yang lalu dengan tampilan spesies yang berbeda dengan yang kita kenali hari ini, Kids.
Baca Juga: Besar dan Tangguh, Apa Penyebab Mammoth Punah dari Muka Bumi? #AkuBacaAkuTahu
Tahukah kamu bahwa enggak semua Proboscidea bertubuh sangat besar?
Beberapa di antaranya bahkan enggak mirip sama sekali dengan sepupu atau kerabat satu ordonya.
Spesies Eritherium yang berasal dari Maroko misalnya, ukurannya tubuhnya mirip kelinci atau rubah tanpa belalai khas gajah yang kita kenal hari ini.
Menurut keterangan Dr. Steven Zhang dari Bristol University, kebanyakan proboscidean adalah herbivora yang ukuran tubuhnya mirip seperti anjing pesek atau babi hutan.
Sebagian di antaranya tumbuh seukuran dengan kuda nil tapi hal itu adalah evolusi yang berakhir buntu.
Evolusi Gajah dari masa ke masa
Terlepas dari perbedaan ukuran antara era silam dengan gajah modern yang kita kenal hari ini, tetap ada sedikit kemiripan dengan gajah pada spesies-spesies pendahulu gajah modern ini.
Dr. Steven Zhang bekerja sama dengan tim ahli paleobiologi internasional melakukan eksplorasi untuk mengetahui alasan di balik proses evolusi belalai yang terjadi selama puluhan juta tahun ini.
Eksplorasi dimulai dengan observasi pada koleksi fosil nenek moyang gajah yang tersimpan di museum seluruh dunia.
Awalnya Proboscidea hidup dan berevolusi dengan lambat dan sedikit sekali memiliki keberagaman, Kids.
Namun, hal ini berubah ketika lempeng Bumi bergerak dan bertumbukan, situasi daratan berubah dan mendorong gajah-gajah ini untuk bermigrasi ke daratan yang baru.
Baca Juga: Tak Hanya Bertubuh Besar, Benarkah Gajah Punya Ingatan yang Kuat? #AkuBacaAkuTahu
Selain itu, perubahan iklim yang memengaruhi kehidupan di Bumi, membuat jangkauan dan adaptasi Proboscidea yang bermigrasi berjalan 25 kali lebih cepat daripada spesies yang enggak melakukan migrasi, Kids.
Namun, pendinginan ekstrem yang terjadi di Bumi menyebabkan pengurangan keragaman Proboscidea, Kids.
Belalai menjadi satu-satunya anggota tubuh gajah yang serbaguna dan bisa bertahan secara ekologis.
Kondisi inilah yang membuat mammoth, gajah berbulu yang hidup di era Pleistosen silam memiliki bulu yang tebal untuk menjaga tubuh tetap hangat dari gempuran badai dan suhu dingin sepanjang waktu.
Gajah pada era-era sebelum yang kita kenal saat ini telah beradaptasi dengan situasi habitatnya demi bertahan hidup.
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kompas.com,kids.grid.id |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Regina Pasys |
Komentar