GridKids.id - Kids, kembali lagi dengan artikel Belajar dari Rumah (BDR) materi Sejarah XI SMA.
Pada artikel BDR Sejarah XI SMA sebelumnya kamu sudah belajar bersama tentang dampak penjajahan terhadap bidang kesehatan dan higienitas.
Nah, di artikel kali ini kamu akan diajak melihat dampak penjajahan terhadap munculnya sentimen rasial di tengah masyarakat.
Sentimen rasial pernah terjadi pada era penjajahan kolonial Belanda, Kids.
Saking seriusnya, ada kebijakan pemerintah kolonial yang mengatur tentang masalah rasisme ini, lo.
Pemerintah Kolonial Belanda secara sengaja sudah membeda-bedakan golongan masyarakat berdasarkan ras mereka.
Kebijakan ini makin tegas sejak mulai awal abad ke-19, ketika pemerintah Belanda membagi masyarakat menjadi tiga golongan, yaitu:
1. Golongan Eropa sebagai golongan pertama atau golongan tertinggi
2. Golongan Timur Asing di dalamnya terdiri dari orang-orang Cina, Arab, India, dan negara-negara lainnya di kelas kedua.
3. Golongan Pribumi atau orang asli Indonesia sebagai kelas ketiga atau golongan paling rendah.
Hal ini tak pelak memunculkan sentimen rasial di kalangan orang-orang Pribumi sebagai kelompok atau kelas terendah di masyarakat.
Baca Juga: Dampak Penjajahan pada Mobilitas Sosial Hindia Belanda, Sejarah XI SMA
Gerakan Perlawanan atas Kebijakan Rasial
Pada 13 Juli 1919, orang-orang Indo (campuran atau blasteran Eropa-Pribumi) atas prakarsa Karel Zaalberg membentu Indo Europe Verbond (IEV).
IEV merupakan golongan yang ingin menuntut kemudahan atas hidup mereka dan melawan rasisme dari orang-orang Belanda totok (berdarah murni).
Orang-orang Indo juga bisa dibilang hanya separuh beruntung karena kadang mereka enggak diterima di kalangan masyarakat Pribumi dan juga ditolak jika ingin bergabung dengan kalangan Belanda totok.
Meski begitu, realitanya orang-orang Indo jugalah yang menunjukkan sikap rasis pada orang pribumi.
Mereka menganggap bahwa orang pribumi rendah dan pantas disebut inlander.
Kids, inlander adalah ungkapan kasar yang merendahkan orang-orang pribumi yang bisa disamakan dengan menyebut seseorang dengan bodoh atau udik (kampungan)
Nasih golongan Cina yang meski kerap juga mendapat perilaku rasialis, tetap jauh lebih makmur daripada orang-orang Pribumi.
Hal ini disebabkan karena sejak era VOC, hak-hak milik orang Cina dilindungi oleh hukum Barat karena posisi dan peran penting mereka di bidang ekonomi.
Orang-orang Cina sangat mahir dan pandai berdagang dan menjadi perantara antara orang Pribumi dengan orang-orang Eropa.
Tak jarang mereka juga punya peran sebagai pengawas antara dua golongan lain, golongan tertinggi dan golongan terendah.
Pertanyaan: |
Siapakah golongan masyarakat yang menempati golongan kedua dalam penggolongan masyarakat pada era penjajahan Belanda? |
Petunjuk, cek lagi page 1. |
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Danastri Putri |
Komentar