GridKids.id - Kids, pernahkah kamu mendengar fenomena caping gunung?
Caping gunung seperti namanya adalah fenomena awan mirip topi yang menyelubungi puncak gunung yang tinggi.
Caping gunung adalah awan putih besar warna putih yang dikenal dengan istilah lenticular cloud.
Dilansir dari laman ilmugeografi.com, fenomena caping gunung ini juga dikenal sebagai awan altocumulus lenticularis.
Bentuk awannya selalu ada di dekat gunung dengan bentuk piringan melingkar, Kids.
Fenomena caping gunung ini hampir terjadi di seluruh dunia, tak jarang lenticular cloud ini bertumpukan mirip pancake sehingga banyak orang mengabadikan momentumnya.
Awan ini biasanya berlapis atau bertumpukan dengan jumlah tumpukan lebih dari dua atau lebih.
Lenticular cloud adalah awan yang unik bentuknya dan sering ditemukan ada di dekat bukit atau gunung.
Awan ini bisa terbentuk karena ada pergerakan udara di kawasan pegunungannya.
Angin bergerak dan menabrak sebuah dinding yang ukurannya sangat besar seukuran gunung yang menyebabkan munculnya pusaran.
Lalu, seperti apa proses terjadinya caping gunung ini?
Baca Juga: Apa yang Membuat Awan Bisa Melayang di Langit Biru? Begini Penjelasan Ilmiahnya
Proses Terjadinya Fenomena Caping Gunung
Awalnya arus udara yang lembab akan bergerak ke atas, melewati area gunung sampai ke bagian puncak.
Lewatnya udara lembap ini merubah tingkat kelembapan di area yang dilaluinya dan mendorong terjadinya pengembunan.
Setelahnya awan akan terbentuk dan saling bertumpukan dalam hitungan jam hingga berhari-hari lamanya.
Caping gunung bisa bertahan sangat lama disebabkan karena aliran udara yang cukup lembap dan masuk ke dalam awan dan melengkapi komposisi pembentukan awannya.
Awan jenis ini bisa dibilang langka karena perlu bukit atau gunung yang ketinggiannya mendukung, nih, Kids.
Caping gunung biasanya terbentuk di ketinggian 8.000 - 20.000 kaki atau setara 2.438 -6.096 meter.
Caping gunung atau awan lenticular bisa dibedakan jadi tiga jenis, di antaranya:
- Altocumulus Standing Lenticularis (ACSL) yang biasanya terjadi di dataran rendah
- Stratocumulus Standing Lenticularis (SCSL), yang biasanya terjadi di ketinggian tingkat menengah.
- Cirrocumulus Standing Lenticularis (CCSL), terjadi di daerah yang area ketinggiannya lebih tinggi dari atmosfer.
Baca Juga: 5 Fakta Menarik Fenomena Alam Petir yang Berbeda dengan Guntur
Benarkah Caping Gunung Berbahaya?
Meski punya bentuk yang unik dan cantik, nyatanya awan ini termasuk jenis awan yang sangat berbahaya, lo, Kids.
Pilot-pilot sangat menghindari awan ini ketika mengoperasikan pesawat terbang.
Pasalnya ketika pesawat melintas dan menembus awan ini akan terjadi turbulensi yang menyebabkan pesawat hilang kendali.
Perbedaan suhu dan tekanan udara yang terjadi di area fenomena caping gunung ini terjadilah yang memicu turbulensi terjadi.
Tak hanya enggak disarankan untuk menembusnya, awan lenticular juga dijauhi oleh para pilot yang sedang menerbangkan pesawatnya.
Area di sekitar terbentuknya caping gunung punya angin yang berhembus sangat kuat dan kencang.
Tak hanya berbahaya bagi para pilot, caping gunung juga jadi pertanda waspada bagi para pendaki gunung, lo.
Kemunculan caping gunung bisa jadi pertanda bahwa akan ada badai hingga paparan gas beracun yang sangat berbahaya bagi para pendaki gunung.
Itu tadi penjelasan tentang pengertian fenomena caping gunung, proses hingga bahayanya, Kids.
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Ilmugeografi.com |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Danastri Putri |
Komentar