Namun, ada perbedaan kentara antara gulai dan tengkleng yang bisa dengan mudah kamu perhatikan, Kids.
Kuah gulai lebih kental daripada kuah tengkleng.
Tengkleng juga dinikmati dengan cara digigiti sedikit demi sedikit, nih.
Hal ini karena banyak tulang belulang yang masih ada sedikit daging yang menempel padanya.
Berbeda dengan gulai yang bagian-bagian daging kambingnya sudah dipotong-potong supaya bisa dinikmati dengan mudah.
Meski cara mengonsumsi makan tengkleng dianggap enggak cantik dan aestetik, tapi kuliner satu ini punya filosofi tersendiri, lo, Kids.
Pada sajian tengkleng yang kaya tulang belulang, ada sumsum tulang yang lezat dan khas.
Cara untuk menikmatinya adalah disesap perlahan sampai bisa mendapatkan bagian sumsum yang tersembunyi dalam tulang.
Nah, cara makan ini ternyata menunjukkan perjuangan supaya enggak menyerah menghadapi hal-hal sulit dalam hidup.
Menurut Bapak Heri Priyatmoko, memanfaatkan tulang belulang dan jeroan yang disisihkan dan enggak dikonsumsi ini masih masuk dalam filosofi hidup orang Jawa, Kids.
Bagi orang Jawa pantang menyisakan atau membuang makanan karena makanan adalah rezeki dari Tuhan.
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Regina Pasys |
Komentar