GridKids.id - Planet Jupiter adalah salah satu objek ruang angkasa yang enggak bisa didarati oleh wahana antariksa.
Tahukah kamu kenapa planet Jupiter yang dikenal sebagai planet terbesar di tata surya ini enggak bisa dieksplorasi atau dijadikan tempat mendarat?
Dilansir dari laman infoastronomy.org, meski berukuran sangat besar planet Jupiter sebenarnya merupakan raksasa gas yang atmosfernya berupa gas hidrogen dan helium.
Planet Jupiter terlihat tertutup oleh awan tebal yang punya beberapa layer warna mulai dari merah, cokelat, kuning, juga putih setebal 50 kilometer.
Lalu, di bagian bawah awan tebal ini ada lapisan hidrogen dan helium setebal 2.100 kilometer berbentuk cair semakin meningkatnya kedalaman dan tekanan di bagian dalam planetnya.
Inilah kenapa sulit untuk membayangkan mendarat di planet raksasa gas ini karena enggak ada permukaan padat untuk berpijak sama sekali.
Lalu, apa yang akan terjadi jika kita mendarat di planet Jupiter yang enggak memiliki permukaan untuk berpijak ini?
Apa yang Terjadi Jika Kita Melakukan Pendaratan di Jupiter?
Segera setelah masuk ke atmosfer planet Jupiter, tubuh akan langsung hancur karena tekanan yang sangat besar di bagian dalamnya.
Hal ini juga terjadi karena enggak ada oksigen di dalam atmosfernya sehingga kita enggak akan bisa bernapas di sana.
Hal ini mungkin akan berbeda efeknya jika kita melakukan pendaratan di Jupiter mengenakan berbagai perlengkapan canggih yang bisa melindungi kita dari suhu ekstrem planet itu.
Baca Juga: Berukuran Masif, Apakah Jupiter Seharusnya Menjadi Salah Satu Bintang di Tata Surya?
Baju astronaut yang canggih mungkin akan menjaga tubuh kita dari kehancuran, namun efek atau responnya bisa berbeda ketika jatuh ke planet raksasa ini.
Gravitasi planet Jupiter yang sangat kuat bisa mempercepat jatuhnya kita ke dalam atmosfernya.
Kecepatan jatuhnya bisa mencapai 180.000 kilometer/jam.
Kecepatan jatuh ke Jupiter ini diketahu 2, 25 kali lebih cepat daripada kecepatan ketika kita jatuh ke planet kita sendiri dari ruang angkasa.
Tubuh kita akan jatuh masuk ke dalam awan amonia putih yang bertekanan 0.5 atmosfer.
Di ketinggian ini, kita masih bisa melihat pancaran sinar matahari namun suhu dinginnya bisa berada di bawa minus 150 derajat Celcius.
Setelahnya kita akan langsung terjebak dalam sebuah tornado raksasa yang tercipta dari angin awan paling atas Jupiter yang berhembus dengan kecepatan 482 km/jam.
Angin yang bertiup sangat cepat ini bisa terjadi karena Jupiter adalah planet dengan kala rotasi tercepat di tata surya kita, yaitu 9 jam.
Pada 1995, wahana antariksa milik NASA yaitu Galileo berhasil menjangkau kedalaman 120 kilometer sebelum hancur oleh tekanan planet Jupiter yang sangat besar.
Selama penjelajahan ini, wahana antariksa ini berhasil bertahan selama 58 menit dalam atmosfer planet terbesar di tata surya kita ini.
Lebih dalam lagi, suasana akan berubah gelap gulita dan suhu udara akan berubah menjadi panas karena tekanan yang makin tinggi.
Baca Juga: Pengaruh Gravitasi Planet Jupiter, Melindungi atau Membahayakan Bumi?
Di kedalaman 4.500 kilometer suhu mencapai 3.372 derajat Celcius, ukuran suhu yang dianggap cukup panas untuk melelehkan tungsten sebagai logam dengan titik leleh tertinggi yang berhasil ditemukan di alam semesta.
Bahkan ketika kamu berhasil sampai di fase atau lapisan ini, kamu belum mencapai setengah dari perjalanan menuju inti planet raksasa gas ini.
Lapisan terdalam planet Jupiter sedalam 21.000 kilometer dengan tekanan dua juta kali lebih kuat dari tekanan di planet Bumi kita.
Suhu di sini mencapai 6.000 derajat Celcius yang bahkan besaran suhunya jauh lebih panas dari permukaan Matahari sebagai pusat tata surya kita.
Di kedalaman ini kita akan berenang di cairan superkritis yang dikenal dengan hidrogen metalik.
Meski berbentuk cairan, kepadatannya sangat tinggi sehingga mungkin akan membatasi gerakmu dan memerangkapmu di pertengahan planet Jupiter.
Lapisan tujuanmu setelah melalui semua tahapan yang luar biasa ini adalah inti Jupiter yang diperkirakan 10 kali lebih besar dari yang Bumi miliki.
Struktur inti planet Jupiter diperkirakan terbuat dari batu dan es eksotis yang memiliki tekanan sekitar 25 juta atmosfer.
Nah, Kids, semua uraian di atas menjadi sebuah hipotesis yang menunggu untuk dibuktikan di masa depan.
Mungkin ketika teknologi buatan manusia sudah bisa lebih canggih dan menaklukan alam semesta, kita bisa mengetahui apa yang terjadi jika kita jatuh di planet gas raksasa terbesar di tata surya kita ini.
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Infoastronomy.org,kids.grid.id |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Regina Pasys |
Komentar