GridKids.id - Pada Selasa (30/5/2023), seorang pengguna Twitter mengunggah sebuah video Gunung Bromo.
Video yang memperlihatkan Gunung Bromo di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, itu disebut diselimuti salju, ramai di media sosial.
"Hari ini Gunung Bromo berselimut salju," cuit akun Twitter tersebut.
Dalam video, terlihat hamparan pasir di kawasan Gunung Bromo berwarna putih. Kalau dilihat sekilas, mirip dengan salju.
Unggahan tersebut ramai ditanggapi oleh beberapa warganet.
Lalu, apakah benar kalau Gunung Bromo diselimuti salju?
Kepala Tata Usaha Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Septi Eka Wardhani mengatakan kalau Gunung Bromo enggak bersalju.
Fenomena memutihnya gunung setinggi 2.329 meter tersebut dikatakan sebagai fenomena frost atau embun upas.
Fenomena frost atau embun upas ini dilaporkan telah terjadi di Laut Pasir. Embun ini membeku karena pengaruh udara.
Pada tahun ini, fenomena embun upas pertama kali terlihat pada hari Selasa (30/5/2023).
Kawasan Gunung Bromo pun jadi terlihat semakin eksotis karena kemunculan embun upas yang membeku menyerupai salju.
Baca Juga: 5 Destinasi Wisata di Malang untuk Mengisi Waktu Liburan Sekolah
Terjadi saat musim kemarau
Munculnya embun upas menarik untuk diperhatikan karena fenomena ini terjadi ketika wilayah Indonesia memasuki musim kemarau.
Fenomena ini memang biasa terjadi terutama saat memasuki musim kemarau.
Sebelum muncul embun upas, cuaca sehari sebelumnya terasa sangat panas terik. Namun, saat fenomena tersebut terjadi, embun upas menghilang seiring posisi matahari yang mulai meninggi.
Pada sore hari ada kabut tipis, sedangkan pada malam hari dingin antara 0-5 derajat mendekati titik beku. Itulah tanda-tanda frost akan terjadi.
Penyebab munculnya embun upas di Gunung Bromo
Koordinator Bidang Analisis Variabilitas Iklim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Supari menjelaskan, terjadinya fenomena embun upas di Gunung Bromo menunjukkan suhu minimum mencapai nilai di bawah nol atau minus.
Munculnya embun upas bisa dicapai saat musim kemarau di malam hari pada ketinggian tertentu.
Tak hanya itu, faktor ketinggian atau elevasi menjadi faktor lain yang berkombinasi menciptakan kondisi itu.
Saat musim kemarau, udara di malam hari sangat dingin karena bumi melepaskan energi secara maksimal karena langit yang tanpa awan sehingga permukaan Bumi mendingin dengan cepat.
(Penulis: Yefta Christopherus Asia Sanjaya)
-----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Danastri Putri |
Editor | : | Danastri Putri |
Komentar