Bulu Beruang Kutup dan Inovasi Selimut Sintetis
Selain bulu putih yang efektif menyerap sinar matahari, ternyata kulit hitam beruang kutub juga mendukung kehidupan hewan bertubuh besar dan berat ini, lo, Kids.
Selain itu, sinar matahari yang terus bersinar juga menjaga beruang tetap hangat dan bisa bertahan hidup di tengah suhu yang sangat rendah.
Cara kerja bulu beruang ini menginspirasi para ilmuwan untuk menciptakan selimut tebal yang menghangatkan untuk menghadapi perubahan suhu yang ekstrem.
Selimut penghangat ini dikembangkan untuk waktu yang sangat lama, lo.
Para ilmuwan membutuhkan waktu selama 80 tahun untuk mengembangkan selimut yang bisa menyerap cahaya dan menghantarkannya ke kulit si pemakainya.
Penemuan bulu kutub sintetis ini bisa menahan panas dan fungsinya mirip bulu beruang kutub, diklaim 30% lebih ringan dari kain katun dan lebih hangat.
Menurut Wesley Viola dari University of Massachusetts, kain sintetis ini juga bisa digunakan dalam ruangan dengan cahaya buatan untuk menghangatkan tubuh jika enggak ada sinar matahari.
Keberadaan beruang kutub yang tangguh hidup di tengah suhu ekstrem menginspirasi manusia untuk menemukan selimut penghangat yang berguna untuk mendukung kehidupan ketika cuaca ekstrem terjadi.
Namun, hal ini enggak bisa mengalihkan kita dari isu lingkungan yang mengancam keberlangsungan hidup beruang kutub yang berhabitat di kawasan Kutub.
Jika berbagai permasalahan lingkungan dan perubahan iklim enggak segera diatasi, maka beruang kutub akan terancam punah sebelum kita masuk ke abad 22.
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Danastri Putri |
Komentar