Laman situs berita bohong biasanya tidak jelas dan tidak terdaftar di Dewan Pers.
Selain itu tidak memiliki standar jurnalistik dan tidak mengikuti pedoman pemberitaan media siber.
3. Nama penulis berita tidak ada
Berita bohong biasanya tidak mencantumkan nama penulis, sehingga tidak jelas siapa yang bertanggung jawab.
Nama penulis merupaka standar dalam sebuah pemberitaan. Ini menunjukkan siapa yang bertanggung jawab atas pemberitaan yang dibuat.
4. Foto hasil editan
Berita bohong biasanya menggunakan foto yang sudah diedit berkali-kali.
Tujuannya untuk mengesankan efek dramatis, kemarahan dan emosi lainnya yang ingin dicapai pembuat berita
Karenanya cek keaslian foto dengan melakukan penulusuran melalui google.
5. Bergabung dengan grup anti-hoaks
Kamu juga bisa bergabung dengan fanpage dan grup diskusi anti-hoaks yang eksis di Facebok, seperti Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH), Indonesian Hoax Buster, Indonesian Hoaxes, dan Grup Sekoci.
Baca Juga: 5 Dampak Negatif Media Sosial yang Perlu Diwaspadai, Wajib Hati-Hati
Di grup-grup tersebut, masyarakat dapat bertanya mengenai kebenaran suatu informasi, sekaligus mengecek klarifikasi terkait hoaks yang beredar di masyarakat.
-----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | kemendikbud.go.id |
Penulis | : | Corry Samosir |
Editor | : | Regina Pasys |
Komentar