Bersumber dari situs Pemerintah Kota Denpasar, tujuan dari upacara ini adalah untuk mengusir Bhuta Kala atau kejahatan yang dilakukan ketika sore (sandhyakala) setelah dilaksanakan upacara mecaru di rumah.
Bhuta Kala sendiri merupakan representasi dari Bhu atau alam semesta serta Kala yang berarti waktu.
Ini adalah sebuah manifestasi dari hal-hal seperti keburukan maupun kejahatan.
Pengerupukan sendiri dilakukan dengan cara memukul benda tertentu atau kentongan hingga gaduh, menebar nasi tawur, mengobori rumah, hingga menyemburkan rumah dengan mesiu.
Segala hal tersebut dilakukan agar hal-hal buruk bisa hilang.
Khusus di Bali, pelaksanaan Pengerupukan ini juga turut dimeriahkan dengan sebuah pawai ogoh-ogoh besar-besaran.
PROMOTED CONTENT
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Corry Samosir |
Editor | : | Danastri Putri |
Komentar