Dilansir dari laman warisanbudaya.kemdikbud.go.id, kue apem yang dibawa oleh Ki Ageng Gribig sekembalinya dari perjalanan dari tanah suci.
Karena jumlahnya yang sedikit, kue apem lalu dibuat lagi oleh istri Ki Ageng Gribig dengan menyesuaikan cita rasanya dengan selera masyarakat setempat.
Kue-kue yang telah dibuat itu lalu dibagikan kepada masyarakat sekitar, yang oleh Ki Ageng Gribig meneriakkan "yaqowiyu" yang berarti "Tuhan berilah kekuatan".
Nama apem disebut berasal dari sanduran dari bahasa Arab yaitu Affan yang berarti ampunan.
Tujuan penamaan ini bermaksud mendorong masyarakat untuk memohon ampunan pada sang pencipta.
Kebiasaan membagi-bagikan kue apam berlanjut hingga kini dalam wujud acara selamatan khas orang-orang Jawa.
Bagi orang Jawa, kue apem merupakan simbol pengampunan atau permohononan ampun atas kesalahan yang telah dilakukan.
Inilah yang membuat kue apem jadi kudapan wajib dalam acara megengan menyambut Ramadan atau acara lain yang berkaitan dengan permohonan ampun hingga ungkapan syukur masyarakat.
Acara megengan merupakan tradisi menyambut bulan suci Ramadan masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Makna dari kegiatan ini adalah mencoba menahan segala hal yang bisa membatalkan puasa.
Kue apem yang wajib dihadirkan dalam tradisi megengan ini menjadi simbol permohonan maaf yang dihaturkan sebelum memasuki bulan suci Ramadan.
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | kemdikbud.go.id |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Danastri Putri |
Komentar