GridKids.id - Saturnus adalah salah satu planet di tata surya yang dijuluki sebagai planet cincin.
Saturnus merupakan planet keenam di tata surya, dan menjadi planet terbesar kedua di tata surya setelah Jupiter.
Saturnus termasuk planet raksasa gas yang radius rata-ratanya 9 kali radius rata-rata planet Bumi.
Saturnus memiliki cincin planet yang terbentuk dari miliaran kecil es dan batu yang dilapisi oleh debu.
Sedangkan menurut NASA, cincin planet Saturnus dianggap sebagai potongan komet, asteroid, dan bulan yang pecah sebelum mencapai planet.
Pecahan-pecahan kecil yang berjumlah sangat banyak itu hancur karena gravitasi Saturnus yang sangat besar.
Cincin planet merupakan ciri-ciri yang sangat jelas membedakan Saturnus dengan planet tata surya lainnya.
Cincin Saturnus adalah cincin planet terbesar di tata surya kita dan bisa mengembang hingga 280.000 km dari planetnya.
Saking luasnya jarak itu, bisa dibandingkan dengan 6 planet seukuran Bumi jika diletakkan berjejeran.
Namun, kondisi ini enggak akan bertahan selamanya karena cincin Saturnus akan menghilang.
Lalu, seperti apa penjelasan tentang hilangnya cincin planet Saturnus ini?
Baca Juga: 10 Fakta Menarik Planet Saturnus, Planet Terjauh yang Bisa Dilihat Tanpa Teropong
Hilangnya Cincin Planet Saturnus
Dilansir dari laman blog.physics-astronomy.com, Saturnus kini sudah kehilangan cincin planetnya.
Hal ini diketahui jauh lebih cepat dari perkiraan para ilmuwan yang sudah memperkirakannya.
Saat ini, di Saturnus telah terjadi hujan cincin seberat 10.000 kilogram per detiknya.
Jumlah itu disebut bisa mengisi kolam renang untuk olimpiade dalam rentang waktu setengah jam (30 menit).
Hujan ini sebenarnya merupakan pecahan dari cincin Saturnus yang tersisa.
Sebelumnya kamu sudah tahu bahwa cincin Saturnus terbuat dari miliaran pecahan es dan batuan yang terus bertumbukan dengan radiasi ultraviolet dari Matahari dan banyak meteoroid kecil di luar angkasa.
Ketika tumbukan ini terjadi, partikel es akan menguap dan membentuk molekul-molekul air yang tarik menarik dengan medan magnet Saturnus.
Hal ini secara otomatis akan jatuh ke planet Saturnus tepat di mana planet ini akan memanaskan atmosfer.
Hujan cincin Saturnus telah diketahui sejak 1980-an sejak Misi Voyager NASA menyadari ada pita gelap dan misterius yang ternyata hujan cincin yang tertangkap oleh medan magnet Saturnus.
Ketika itu, para peneliti memperkirakan bahwa cincin Saturnus akan benar-benar habis dalam 300 juta tahun.
Baca Juga: Cincin Planet Saturnus Ternyata Bisa Menghilang, Kok Bisa? #AkuBacaAkuTahu
Namun, observasi dari bekas pesawat ruang angkasa NASA yaitu Cassini memberikan ramalan yang lebih suram.
Sebelum pesawat ruang angkasa ini tenggelam dan musnah di Saturnus pada 2017, Cassini berhasil memberikan tampilan hujan debu cincin pada garis ekuator Saturnus.
Dari situ diketahui bahwa hujan yang terjadi di planet Cincin ini terjadi dengan lebih deras dari yang diperkirakan sebelumnya.
Dengan observasi yang lebih jelas, para ilmuwan lalu memperkirakan bahwa cincin ini hanya punya 100 juta tahun untuk tetap eksis.
Saturnus diperkirakan terbentuk pertama kali sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu, studi bahkan mengungkap bahwa cincin planet berumur sekitar 100-200 juta tahun.
Sehingga bisa dibilang kita cukup beruntung untuk eksis di masa ini ketika kita masih bisa melihat cincin yang sangat mengagumkan.
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | kids.grid.id |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Regina Pasys |
Komentar