Tradisi dugderan adalah untuk mengumpulkan lapisan masyarakat dalam suasana suka cita, berbaur tanpa ada pembedaan.
Prosesi dugderan terdiri dari tiga agenda, yaitu pasar malam dugderan, prosesi ritual pengumuman awal bulan puasa, dan kirab budaya Warak Ngendog.
Warak Ngendog adalah sebuah karya fenomenal berupa binatang mitologi yang jadi simbol tradisi dugderan yang jadi simbol tiga etnis masyarakat Semarang yaitu Arab, Cina, dan Jawa.
2. Gebyuran Bustaman
Tradisi menjelang bulan Ramadan masih dilakukan di Kampung Bustaman, Semarang Tengah.
Tradisi ini awalnya dimulai oleh kebiasaan Kyai Bustam yang dilakukan sebelum pelaksanaan bulan puasa.
Kyai Bustam akan memandikan atau menggebyur cucunya di sumur yang dipercaya sebagai cikal bakal Kampung Bustaman.
Sumur ini berlokasi dekat dengan mushola yang airnya enggak pernah kering meski masuk musim kemarau.
Sebelum tradisi ini dimulai akan ada pemukulan kentongan dan pengumuman di speaker mushola, selanjutkan akan dilanjutkan dengan perang air.
Tradisi ini biasanya akan dilakukan selepas Ashar mendekati waktu maghrib, semua yang terlibat dalam tradisi ini enggak boleh marah ketika basah kuyup karena tersiram air.
Tradisi ini bermaksud membersihkan badan sebagai simbol untuk memasuki bulan suci Ramadan bagi umat muslim.
Baca Juga: Menilik Sejarah Sirup, Sajian Minuman Wajib Selama Bulan Ramadan
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Danastri Putri |
Komentar