Dari situlah timbul ide untuk memodifikasi apa yang dipelajarinya untuk memudahkan model pembelajaran itu bagi murid-murid tunanetra lainnya.
Baru setahun kemudian, Louis Braille akhirnya berhasil mengembangkan dan memantapkan kode yang enggak serumit kode tentara Charles Barbier.
Kode Braille menggunakan lebih sedikit titik sehingga memudahkannya untuk dipelajari dan jangkauannya mencakup untuk satu jari sehingga lebih cepat untuk dibaca.
Hurufnya ada 6 titik dengan 64 kemungkinan atau kombinasi, dan memudahkan teman-teman tunanetra untuk membaca huruf seperti orang-orang dengan penglihatan yang normal.
Awalnya huruf Braille sempat ditolak dan enggak memeroleh pengakuan karena dianggap terlalu sulit untuk dipelajari.
Namun, dua tahun setelah Louis Braille wafat tepatnya 1854, pemerintah Prancis akhirnya menyetujui dan mengakui huruf Braille.
Pada Kongres Dunia untuk Tunanetra pada 1858, semua perwakilan yang hadir sepakat memilih huruf Braille sebagai sistem standar membaca dan menulis di seluruh dunia.
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Regina Pasys |
Komentar