Cara Menemukan Usia Alam Semesta Menurut Astronom
Pengetahuan manusia tentang evolusi bintang bisa memperkirakan seberapa lama sebuah bintang akan membakar hidrogen pada satu fase deret utama.
Bintang terbesar di tata surya adalah Matahari yang juga bintang yang punya massa rendah dan sudah membakar hidrogen selama hampir 5 miliar tahun dan diperkirakan akan terus melakukannya untuk 4-5 miliar tahun lagi.
Bintang yang lebih masif daripada Matahari akan cenderung menghabiskan waktu melalui fase deret utamanya lebih singkat.
Hal ini disebabkan karena mereka membakar hidrogen lebih banyak dan juga dalam durasi yang cepat.
Para astronom meneliti usia bintang pada gugus bintang, para astronom bisa mengetahui usia gugus bintang tertua yang bisa diamati manusia berusia sekitar 11-13 miliar tahun, sehingga diperkirakan alam semesta berusia lebih tua dari itu.
Salah satu cara untuk mengetahui usia alam semesta adalah dengan mengamati white dwarf atau kerdil putih.
Kerdil putih adalah benda yang ada di alam semesta dan sangat padat, memiliki ukuran seperti bumi tapi memiliki massa setara dengan Matahari.
Kerdil putih terbentuk ketika bintang yang bermassa rendah seperti Matahari sudah mencapai akhir kehidupannya.
Bintang ini enggak akan meledak tapi hanya akan mengeluarkan lapisan terluarnya dan meninggalkan intinya saja menjadi kerdil putih.
Nah suhu bintang kerdil putih ini bisa memberi tahu sudah berapa lama bintang ini mengalami pendinginan, temuan teleskop Antariksa Hubble menemukan kerdil putih tertua berusia sekitar 12-13 miliar tahun.
Dari sinilah sepertinya perkiraan astronom tentang usia alam semesta sepertinya mengarah ke hasil yang sama seperti pengamatan tentang gugus bintang tertua di alam semesta.
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Infoastronomy.org |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Regina Pasys |
Komentar