GridKids.id - Kids, pada artikel yang membahas orde lama sebelumnya, GridKids mengajakmu melihat beberapa peristiwa penting pada era orde lama.
Orde lama merupakan era pemerintahan Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno yang berlangsung sejak 1945-1966.
Pada era orde lama terjadi berbagai peristiwa penting yang memengaruhi kondisi politik negara, dan berdampak juga dengan kondisi ekonomi hingga sosial budaya.
Kondisi politik Indonesia pada era orde lama juga diwarnai dengan berbagai pergolakan politik dan upaya separasi yang terjadi di daerah.
Hal ini juga terasa makin rumit dengan munculnya upaya Belanda untuk terus melakukan operasi militer di wilayah Indonesia.
Kali ini kamu akan diajak melihat bagian dua dari peristiwa penting bersejarah era pemerintahan orde lama, di antaranya:
Peristiwa Penting Era Pemerintahan Orde Lama
1. Gerakan DI/TII (1948-1962)
Pembentukan Gerakan Darul Islam (DI) dan Tentara Islam Indonesia (TII) atau DI/TII dilatarbelakangi oleh kekecewaan atas kepemimpinan Presiden Soekarno.
DI/TII bertujuan untuk mendirikan negara yang berbasis Islam dengan Kartosuwiryo sebagai pimpinan utamanya.
Gerakan DI/TII terbentuk pada 1948 dan terpusat di lima daerah besar di Indonesia, yaitu di Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, dan Aceh.
Gerakan DI/TII dibawah kepemimpinan Kartosuwiryo berdiri sejak 1948 hingga 1962, Amir Fatah memimpin gerakan di Jawa Tengah sejak 1949-1950.
Lalu Ibnu Hadjar memimpin di Kalimantan Selatan dari 1950-1965, Kahar Muzakar memimpin gerakan DI/TII di Sulawesi Selatan pada 1950-1965.
Gerakan DI/TII di Aceh dipimpin oleh Daud Beureueh sejak 1953-1962.
Pemberontakan ini bertujuan untuk mengganggu kedaulatan NKRI dengan mengambil kekuasaan yang sah dari tangan pemerintah.
Gerakan DI/TII di Jawa Barat merupakan bentuk protes atas hasil persetujuan Renville dengan Belanda yang membuat Indonesia belum bisa sepenuhnya lepas dari kaitannya dengan pihak Belanda yang dianggap sebagai kekuatan penjajah.
Sedangkan gerakan DI/TII yang terjadi di Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan terjadi karena alasan reorganisasi militer yang dianggap tak adil.
Berbeda dengan gerakan DI/TII di daerah lainnya, DI/TII di Aceh di bawah pimpinan Daud Beureueh bergerak karena rasa kecewa atas janji Presiden Soekarno yang tak ditepati.
Presiden Soekarno gagal memenuhi janji untukmenjadikan Aceh sebagai daerah istimewa yang boleh menjalankan syariat Islam di wilayahnya.
Baca Juga: Kunci Jawaban PKn Kelas 9 SMP Hal 161: Peristiwa Pemberontakan di Indonesia
2. Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil/APRA (23 Januari 1950)
Pemberontakan APRA adalah upaya kudeta militer yang terjadi di Bandung, Jawa Barat pada 23 Januari 1950.
Kudeta militer Angkatan Perang Ratu Adil ini dilakukan oleh pasukan KNIL di bawah pimpinan Kapten Raymond Westerling yang dikenal juga sebagai tokoh dalam tragedi berdarah di Sulawesi Selatan pada 1946-1947.
APRA merupakan kelompok milisi pro-Belanda yang didirikan oleh Kapten Raymond Westerling pada masa Revolusi Nasional Indonesia.
Mayoritas anggota APRA adalah rekrutan dari bekas prajurit Regiment Speciale Troepen (Regimen Pasukan Khusus) KNIL yang jumlahnya mencapai sekitar 2000 orang.
Penggunaan nama Ratu Adil bertujuan untuk menarik simpati dan dukungan dari banyak rakyat Indonesia kala itu.
Nama Ratu Adil disebut dalam ramalan Raja Jayabaya dari Kediri yang menyebut sosok ratu adil sebagai sosok adil yang akan membawa kesejahteraan untuk seluruh rakyat.
3. Pemberontakan Andi Azis (5 April 1950)
Upaya pemberontakan ini dipelopori oleh Andi Azis, seorang mantan perwira KNIL (Koninklikl Nederlandsch Indisch Leger) atau angkatan perang Belanda.
Pemberontakan Andi Azis dipicu oleh hasil dari Konferensi Meja Bundar (KMB) yang ditandatangani di Den Haag, Belanda pada 2 November 1949.
Konferensi itu mendorong pembubaran KNIL dan Negara Indonesia Timur (NIT) yang disahkan sebagai bagian dari Republik Indonesia Serikat (RIS).
Baca Juga: Masa Orde Lama: Pengertian, Situasi, Hingga Kebijakan Politiknya
Andi Azis menentang penggabungan NIT menjadi bagian dari RIS terlebih tentara KNIL diminta bergabung dengan TNI di bawah Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS).
Andi Azis dan golongan pro-federalis menganggap bahwa pemerintah pusat di Jawa adalah orang-orang yang berasal dari Jawa.
Sehingga muncul prasangka tentang nasib atau situasi yang terjadi di Sulawesi enggak akan diperhatikan oleh pemerintah pusat.
Inilah yang menyebabkan Andi Azis dan kelompoknya enggak menginginkan terjadinya penggabungan semua wilayah Indonesia sampai terjadi.
4. Pemberontakan PRRI (15 Februari 1958)
PRRI merupakan singkatan dari Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia yang dibentuk sebagai oposisi pemerintah di Sumatera pada 1950.
Pemrakarsanya adalah Letnan Kolonel Ahmad Husein, Mr. Sjafruddin Prawiranegara, Mr. Assaat Dt. Mudo, dan kawan-kawannya.
Gerakan pemberontakan PRRI dimulai setelah pembentukan Dewan Banteng pada 20 Desember 1956, yang merupakan dewan bentukan beberapa tokoh militer mantan pimpinan dan anggota Komando Divisi IX Banteng.
Letkol Ahmad Hussein dan jajarannya lalu merebut kekuasaan daerah dari tangan Gubernur Ruslan Muljoharjo dengan dalih gubernur yang ditunjuk pemerintah enggak bisa menjalankan tugasnya dengan baik.
PRRI mengajukan tiga tuntutan pada pemerintah pusat, di antaranya:
- Pembubaran Kabinet Djuanda;
Baca Juga: Orde Lama: 7 Nama Kabinet yang Menjabat Pada Masa Demokrasi Parlementer
- Bapak Muhammad Hatta dan Sri Sultan Hamengkubuwono IX membentuk pemerintahan sementara sampai pemilu selanjutnya dilakukan;
- Soekarno kembali ke posisi konstitusionalnya.
Selain itu, PRRI juga menyinggung tentang isu otonomi daerah karena pemerintah pusat dianggap enggak adil pada warga sipil dan militer di daerah terkait pemerataan dana pembangunan.
5. Gerakan Pemberontakan Permesta (2 Maret 1957)
Gerakan ini adalah deklarasi dari pemimpin militer dan sipil Indonesia bagian timur yang dimulai di Makassar.
Permesta dipimpin oleh Kolonel Ventje Sumual, seorang perwira militer yang terlibat dari era revolusi Nasional Indonesia.
Kekecewaan pada pemerintaha pusat yang terus terlihat mengistimewakan Pulau Jawa dibandingkan dengan daerah lainnya memicu terjadinya pemberontakan ini.
Kondisi inilah yang mendorong munculnya keinginan untuk memisahkan diri dari Indonesia dan mendirikan negara merdeka sendiri.
Gerakan Permesta melahirkan sebuah piagam yang berisikan ajakan untuk masyarakat Indonesia Timur untuk lepas dari Indonesia untuk nasib yang lebih baik dan agar enggak diabaikan pemerintah.
Dibandingkan dengan pemberontakan dan gerakan lainnya yang terjadi di Indonesia, Permesta disebut yang paling sulit diselesaikan.
Hal ini terjadi karena ada campur tangan Amerika Serikat di tengah konflik antara pemerintah pusat dengan kelompok permesta di Sulawesi.
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Regina Pasys |
Komentar