GridKids.id - Setelah melalui fase kehidupan praaksara masa berburu dan mengumpulkan makanan, masyarakat praaksara mulai memasuki masa bercocok tanam (food producing).
Dalam Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas 7 SMP Kurikulum Merdeka terbitan Kemdikbud hlm. 227-231 menjelaskan tentang peninggalan masyarakat praaksara pada masa bercocok tanam.
Masa bercocok tanam adalah masa yang sangat penting dalam fase perkembangan dan peradaban masyarakat, karena mulai banyak ditemukan penemuan baru dan penguasaan sumber-sumber alam makin masif.
Hal ini berkaitan juga dengan pola pikir manusia prasejarah yang semakin terasah dan bisa menyesuaikan dengan tantangan alam masa itu.
Masa bercocok tanam dimulai sekitar 10.000 tahun lalu bersamaan dengan zaman Neolitikum.
Kehidupan masa bercocok tanam ditandai dengan perubahan tradisi mengumpulkan makanan (food gathering) dan menghasilkan makanan (food producing).
Masyarakat pendukung masa bercocok tanam adalah manusia Proto Melayu, yaitu Suku Dayak, Toraja, Sasak, dan Nias.
Berikut adalah beberapa hasil kebudayaan masyarakat praaksara masa bercocok tanam, di antaranya:
Hasil Kebudayaan Masyarakat Praaksara Masa Bercocok Tanam
1. Beliung Persegi/Kapak Persegi
Beliung/kapak persegi adalah alat dengan permukaan memanjang dan berbentuk persegi empat.
Baca Juga: Kehidupan Masyarakat Masa Praaksara: Masa Bercocok Tanam, IPS Kelas 7 SMP Tema 1
Seluruh permukaan alat tersebut sudah digolok sampai halus, kecuali pada bagian pangkal yang digunakan untuk tempat ikatan tangkainya.
Sisi pangkal kapak diikat pada tangkai, sisi depan diasah sampai tajam.
2. Kapak Lonjong
Kapak lonjong adalah alat berbentuk lonjong dengan pangkal agak runcing dan melebar pada bagian tajamnya.
Seluruh permukaan alat itu sudah digosok sampai halus, sisi pangkalnya agak runcing dan diikat di tangkainya.
Sisi depan lebih lebar dan diasah sampai tajam dua sisinya sehingga menghasilkan bentuk tajaman yang simetris.
Inilah yang membedakannya dengan beliung persegi yang banyak ditemukan di daerah Indonesia sebelah timur, yaitu di Pulau Sulawesi, Sangihe Talaud, Flores, Maluku, Leti, Tanimbar, dan Papua.
3. Mata Panah
Mata panah mencerminkan kehidupan masyarakat pada masa berburu dan mengumpulkan makanan.
Mata panah banyak ditemukan di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan, seperti di Sampung, Tuban, Besuki, dan Bojonegoro.
Sedangkan di Sulawesi Selatan, alat ini ditemukan di gua pegunungan Kapur Bone dan beberapa gua di Pegunungan Kapur Maros dan sekitarnya.
Baca Juga: Pengaruh Kebudayaan Hindu-Buddha: Bidang Agama, Politik, dan Sosial, IPS Kelas 7 SMP Tema 1
Ada perbedaan bentuk antara mata panah yang ditemukan di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan dari segi ketebalan.
Mata panah yang ditemukan di Sulawesi Selatan biasanya berukuran lebih kecil dan tipis.
Sedangkan di Jawa Timur, mata panah dibuat jauh lebih teliti pada umumnya berbentuk segitiga dengan rata-rata ketebalannya 1 cm.
Ujung dan ketajamannya ditatah dari dua arah sehingga hasilnya lebih tajam dan bergerigi, berliku, dan tajam.
4. Gerabah
Gerabah terbuat dari tanah liat yang dibakar dan digunakan dan diproses dengan sederhana.
Semua pengerjaan gerabah dilakukan dengan tangan, banyak ditemukan di daerah Kendenglembu (Banyuwangi), Klapadua (Bogor), Serpong (Tangerang), Bali, Kalumpang, dan Minanga Sipakka (Sulawesi) dan beberapa daerah lainnya.
5. Perhiasan
Pada masa bercocok tanam, banyak dikenal perhiasan yang digunakan oleh masyarakatnya seperti gelang yang terbuat daru batu dan kerang.
Peninggalan perhiasan ini banyak ditemukan di daerah Jawa Tengah dan Jawa Barat.
6. Bangunan Megalitik
Baca Juga: Sejarah Batu Berak, Situs Megalitik yang Terletak di Provinsi Lampung
Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang berarti batu.
Tradisi pada masa ini banyak menghasilkan bangunan-bangunan megalitik selalu didasarkan pada kepercayaan akan ada hubungan antara hidup dan mati.
Biasanya jasa dari seseorang yang sudah meninggal akan diabadikan dalam bangunan-bangunan peninggalan batu besar sebagai medium untuk penghormatan.
a. Menhir: Bangunan berupa batu tegak atau tugu yang berfungsi jadi tempat pemujaan roh nenek moyang atau monumen untuk orang yang sudah meninggal.
b. Dolmen: Bangunan berupa meja batu terdiri dari batu lebar yang ditopang dengan batu-batu lain. Fungsinya untuk tempat persembahan untuk pemujaan arwah leluhur.
c. Kubur Peti Batu: Kubur peti batu adalah tempat menyimpan mayat yang dibentuk dari enam buah papan batu dan sebuah penutup peti.
Papan-papan batu disusun secara langsung dalam lubang yang sudah dipersiapkan lebih dulu untuk membujurkan orang yang sudah meninggal dunia dari timur ke barat.
Banyak kubur peti batu yang ditemukan di daerah Tegurwangi (Sumatra Selatan), Wonosari (D.I. Yogyakarta), dan Jawa Barat.
d. Sarkofagus: Bangunan berupa kubur batu yang berbentuk seperti lesung yang diberi tutup. Sarkofagus banyak ditemukan di daerah Bali.
e. Waruga: Peti kubur batu dalam ukuran yang kecil, berbentuk kubus dan bulat. Waruga banyak ditemukan di daerah Sulawesi Tengah.
f. Punden Berundak: Bangunan bertingkay yang dihubungkan dengan tanjakan kecil, berfungsi sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang.
Pertanyaan: |
Seperti apakah hasil peninggalan masa bercocok tanam yaitu mata panah? |
Petunjuk, cek lagi page 2 dan 3. |
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kompas.com,kids.grid.id |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Danastri Putri |
Komentar