Hal ini mungkin akan membayangi selama beberapa waktu, namun ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mengatasi traumanya.
"ada anak yang mengalami trauma atau anak-anak dengan kondisi psikologis berbeda. Kondisi ini semua pihak harus tahu dan memahami, mulai dari guru hingga siswa murid lainnya," jelas Ibu Rita ketika ditanya tentang risiko cyberbullying pada anak-anak.
Selain itu perlu ada pemahaman pada diri korban cyberbullying bahwa perilaku yang traumatis itu terjadi di masa lalu dan semua sudah berlalu.
Harus ditanamkan pada diri korban bullying bahwa enggak ada satu orang pun yang pantas menerima perilaku bully yang enggak menyenangkan.
Para korban juga harus memaafkan meski hal itu enggak mudah, namun untuk bisa benar-benar sembuh dari trauma inilah yang harus dilakukan.
Jangan mengulang atau bahkan melakukan bullying yang diterima kepada orang lain sebagai bentuk balas dendam.
Jika hal ini terjadi, malah bisa menyebabkan luka baru dan mengubah korban menjadi pelaku yang memperpanjang rantai perilaku bully di sekitarnya.
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | unicef.org,kpai.go.id,Wawancara |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Danastri Putri |
Komentar