GridKids.id - Kids, pernahkah kamu melihat wajah orang yang memerah ketika malu?
Ketika seseorang sedang merasa malu atau gugup, biasanya tubuh akan menunjukkan reaksi tertentu.
Pipi yang memerah atau berubah warna menjadi merah padam merupakan salah satu reaksi alami yang terjadi pada tubuh.
Respon alami ini dipengaruhi oleh sistem saraf simpatik yang bekerja secara spontan dan enggak bisa diatur.
Ketika seseorang merasa malu, maka tubuh akan menghasilkan hormon adrenalin.
Hormon ini akan mendorong berbagai efek alami yang terjadi pada tubuh, seperti peningkatan detak jantung dan mempercepat pernapasan seseorang.
Tak hanya itu, pembuluh darah juga bisa menyebabkan pembuluh darah melebar dan meningkatkan sirkulasi darah.
Wajah memiliki banyak pembuluh darah kecil sehingga jika ada aliran darah di area itu akan lebih mudah terlihat.
Lalu, apa sih yang membuat pipi seseorang memerah ketika merasa malu?
Baca Juga: Pembuluh Darah Vena: Pengertian dan Fungsinya
Pipi Akan Memerah Ketika Merasa Malu
Ketika sedang merasa malu tubuh akan memproduksi lebih banyak hormon adrenalin.
Nah, hormon ini akan menyebabkan makin banyaknya aliran darah di pipi, hal ini menyebabkan munculnya semburat merah di wajah seseorang ketika sedang tersipu malu.
Meski terjadi secara alami, hal ini merupakan sebuah respon yang enggak biasa dari pembuluh darah vena.
Pada bagian tubuh lain, vena enggak meenunjukkan reaksi yang sama ketika hormon adrenalin dilepaskan.
Uniknya efek hormon adrenalin enggak memiliki efek yang sama pada pembuluh darah vena di bagian tubuh lainnya.
Hormon adrenalin yang disebabkan karena merasa malu bisa memicu efek wajah yang memerah.
Umumnya hal ini terjadi secara spontan dan enggak bisa dikendalikan.
Kondisi ini berlangsung sementara sampai seseorang sudah bisa lebih rileks dan mengendalikan dirinya.
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Hellosehat.com |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Regina Pasys |
Komentar