Ini semakin diakui sebagai masalah kesehatan masyarakat.
Para peneliti pun berlomba mencari tahu apakah Omicron menghadirkan risiko long-COVID yang sama besar dengan varian dominan sebelumnya.
Studi dari King's diyakini sebagai penelitian akademis pertama yang menunjukkan Omicron enggak menimbulkan risiko besar COVID yang berkepanjangan.
Namun itu enggak berarti jumlah pasien COVID yang lama telah menurun, kata tim tersebut.
Sementara risiko COVID panjang lebih rendah selama Omicron, lebih banyak orang terinfeksi, sehingga jumlah absolut yang sekarang menderita lebih tinggi.
"Ini kabar baik, tapi tolong jangan hentikan layanan COVID Anda yang lama," kata pemimpin peneliti Dr Claire Steves kepada Reuters, memohon kepada penyedia layanan kesehatan.
Kantor Statistik Nasional Inggris mengatakan pada bulan Mei bahwa 438.000 orang di negara itu memiliki long COVID setelah infeksi Omicron, mewakili 24 persen dari semua pasien COVID yang lama.
Baca Juga: PPKM dan Prokes Efektif Menahan Lonjakan Kasus COVID-19, Begini Penjelasan Ahli
Ia juga mengatakan risiko gejala yang tersisa setelah Omicron lebih rendah dibandingkan dengan Delta, tetapi hanya untuk orang yang divaksinasi ganda.
Enggak ditemukan perbedaan statistik bagi mereka yang divaksinasi tiga kali lipat.
(Penulis: Tito Hilmawan Reditya)
-----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Danastri Putri |
Editor | : | Danastri Putri |
Komentar