Pangeran Sekar gugur lewat campur tangan orang suruhan Sultan Prawoto yang merupakan putera Sultan Trenggana.
Dari situ konflik semakin rumit, ketika putera Pangeran Sekar, Arya Panangsang, yang ingin menuntut balas atas kematian ayahnya yang enggak adil.
Terjadilah konflik antara saudara sepupu yang saling memperebutkan kekuasaan dan menuntut keadilan atas nasib atau kematian sang ayah.
Sultan Trenggana wafat pada 1546 M dan digantikan oleh puteranya yaitu Sultan Prawoto.
Di bawah pemerintahan Sultan Prawoto, banyak wilayah bawahan Demak yang melepaskan diri dan memilih jadi independen.
Hal ini disebabkan karena Sultan Prawoto lebih fokus pada cita-citanya menyebarkan agama Islam ke seluruh penjuru pulau Jawa ketimbang pada tugasnya sebagai pemimpin sebuah kerajaan.
Baca Juga: Hasil Kebudayaan Masyarakat Nusantara pada Masa Pengaruh Islam, IPS Kelas VII SMP
Keruntuhan Kerajaan Demak
Intrik politik terus terjadi sehingga menyebabkan Sultan Prawoto dan istrinya harus gugur karena pemberontakan Arya Panangsang.
Setelah itu, Arya Panangsang resmi menjadi raja Demak kelima namun harus gugur karena balas dendam yang dilakukan oleh Arya Panggiri, putera dari Sultan Prawoto.
Berbagai intrik perebutan kekuasaan juga melibatkan orang penting dari kerajaan Jepara yaitu Sultan Hadlirin, suami dari Ratu Kalinyamat.
Dari sinilah mulai direncanakan pemberontakan besar pada pemerintahan Kerajaan Demak pada 1554.
Tokoh yang berperan penting dalam pemberontakan ini adalah Hadiwijaya, yang nantinya akan menjadi Raja Pajang setelah Demak resmi runtuh pada 1568.
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Danastri Putri |
Komentar