Dikutip dari Kompas.com, di kawasan Eropa melaporkan 33 sampel varian Deltacron, sementara di Denmark ada 8, dan 1 di Jerman, serta 1 di Belanda per 10 Maret.
WHO dan Pusat Pengendalian Penyakit AS (CDC) mengungkapkan bahwa sejauh ini varian Deltacron diklasifikasikan sebagai varian dalam pemantauan.
Setelah mengamati varian ini, WHO belum memberikan informasi lebih lanjut mengenai adanya perubahan tingkat keparahan atau epidemiologi.
Sementara untuk tingkat penyebaran varian Deltacron masih tergolong langka, Kids.
Ini dikarenakan belum banyak data yang menunjukkan bahwa varian ini bisa menyebar lebih mudah dibanding varian sebelumnya.
Enggak hanya itu, para peneliti juga mengungkapnya belum ada bukti varian Deltacron bisa menyebabkan penyakit yang lebih parah.
Temuan lainnya juga belum ada kemungkinan varian Deltacron meningkatkan keparahan gejala pada pasien yang terifeksi.
Baca Juga: Tengah Jadi Pembahasan Dunia, COVID-19 Varian Deltacron Terdeteksi di Sejumlah Negara
Hingga saat ini, kasus varian Deltacron masih sedikit sehingga cukup sulit untuk meneliti karakteristiknya termasuk tingkat penyebaran dan keparahannya.
Varian Deltacron menjadi varian dalam pemantauan perhatian dikarenakan rekombinasi dua elemen varian sebelumnya, yaitu Delta dan omicron.
Jika varian ini berdampak serius seperti varian Delta dan memiliki penularan cepat seperti Omicron maka bisa menyebabkan masalah serius, Kids.
Untuk itulah penting untuk tetap menjaga protokol kesehatan dan mengonsumsi makanan sehat baik, serta suplemen untuk meningkatkan sistem imun tubuh.
-----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Rizky Amalia |
Editor | : | Danastri Putri |
Komentar