GridKids.id - Kids, pernahkah kamu mendengar tentang wabah tertawa?
Meski terdengar lucu dan enggak berbahaya, kenyataannya wabah ini merupakan sesuatu yang serius, lo.
Wabah ini benar-benar pernah terjadi di Tanzania pada tahun 1962.
Seperti wabah pada umumnya, wabah yang satu ini juga menyebar dan menginfeksi sekelompok orang.
Namun berbeda dengan penyakit lain, wabah tertawa memang cukup unik dan meninggalkan banyak pertanyaan.
Lalu, apa sebenarnya penyebab dari wabah tertawa ini?
Wabah Tertawa
Sebelumnya, perlu dipahami kalau tawa ini enggak cuma suara gembira.
Namun, juga bisa jadi tanda kesusahan yang didorong oleh kemarahan atau kesedihan.
Baca Juga: 6 Wabah dan Pandemi yang Pernah Terjadi dan Mengubah Kehidupan Dunia
Wabah tertawa bermula di salah satu sekolah perempuan di Tanganyika (sekarang Tanzania).
Setelah itu, wabah ini menyebar ke komunitas lain.
Enggak tanggung-tanggung, wabah ini menularkan tawa tak terkendali yang memengaruhi sekitar 1.000 orang, lo.
Wabah ini juga berlangsung selama beberapa bulan. Bahkan, menyebabkan penutupan sementara di 14 sekolah.
Bermula dari Seorang Siswi
Sebagian besar kasus penyakit psikogenik massal dimulai dengan satu orang.
Dalam kasus ini, seorang siswi kemungkinan besar tertawa terbahak-bahak, lalu menimbulkan efek berantai hingga teman-teman di sekitarnya juga ikut tertawa.
Gejala penderitanya berupa serangan berulang dari tertawa dan menangis yang berlangsung selama beberapa jam sampai 16 hari.
Enggak cuma tertawa, serangan ini disertai dengan kegelisahan, lari tanpa tujuan, bahkan kadang kekerasan.
Baca Juga: Siapa Saja Orang yang Bisa Terinfeksi Jamur Hitam? Kenali Gejala-Gejalanya yang Umum Terjadi
Penyebab Wabah Tertawa
Christian Hempelmann dari Texas A&M University pun melakukan penelitian tentang wabah tertawa ini.
Ia menjelaskan wabah tertawa sebagai kasus penyakit psikogenik atau sosiogenik massal, yaitu penyakit yang bisa menyerang dalam berbagai pengaturan stres tinggi.
Faktor stres di kasus ini mungkin termasuk harapan yang dikenakan di sekolah-sekolah Tanzania yang dikelola Inggris dan ketidakpastian kemerdekaan Tanganyika.
Sedangkan tertawa dikaitkan dengan berkurangnya hormon stres dan peningkatan endorfin, yang bisa memberikan bantuan fisik dan psikologis.
Menurut Hempelmann, penyakit psikogenik punya semua jenis gejala saraf dan tawa cuma salah satunya.
Baca Juga: Sama-Sama Disebabkan oleh Virus Corona, Bagaimana Wabah SARS Dulu Berakhir?
-----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Danastri Putri |
Editor | : | Danastri Putri |
Komentar