GridKids.id - Kids, pernahkah kamu berpikir kenapa hari-hari spesial identik dengan warna tertentu?
Misalnya musim gugur yang identik dengan warna cokelat yang hangat, atau musim panas yang identik dengan warna kuning atau oranye yang ceria dan terlihat hidup.
Warna-warna seperti merah dan hitam juga sering diidentikan dengan emosi negatif yang dirasakan manusia.
Lalu, bagaimana bisa warna dianggap bisa menggambarkan suatu hal atau fenomena?
Baca Juga: Ternyata Buta Warna, Inilah Alasan Banteng Menyerang Kain yang Dilambaikan Matador
Hal tersebut ternyata berkaitan dengan psikologi warna yang merupakan salah satu cabang ilmu psikologi yang digunakan untuk mengetahui kaitan antara warna dengan perasaan, suasana hati, dan emosi.
Untuk mengetahui uraian lengkapnya, simak penjelasannya di bawah ini, yuk!
Kaitan antara warna dan emosi manusia
Dilansir dari hellosehat.com, teori psikologi warna ternyata sudah dipelajari sejak ratusan tahun lalu.
Johann Wolfgang van Goethe dalam bukunya "Theory of Colours" mengatakan bahwa tiap warna bisa membawa kesan positif dan negatif pada emosi manusia.
Contohnya warna hitam atau warna-warna gelap yang bisa menunjukkan ungkapan rasa berduka dan kesedihan.
Untuk mengetahui efek warna pada emosi atau psikologis manusia, perlu terlebih dulu diperhatikan bagaimana respons otak terhadap paparan warna.
Baca Juga: Mengapa Banyak Tanda Bahaya Menggunakan Warna Merah? #AkuBacaAkuTahu
Kemampuan manusia untuk mengartikan sebuah warna dipengaruhi oleh kemampuan otak untuk mencernanya.
Warna secara langsung bisa berpengaruh pada sistem saraf otonom manusia yang memiliki fungsi mengontrol aktivitas spontan yang dilakukan manusia seperti detak jantung, bernapas, hingga proses metabolismenya.
Baca Juga: Sering Dianggap Misterius, Intip Kepribadian Penyuka Warna Abu-Abu #AkuBacaAkuTahu
Proses Tubuh Mencerna Warna
Sistem saraf otonom bisa mengatur otot jantung, otot polos, organ dalam, kelenjar, dan pembuluh darah yang melalui dua sistem yaitu saraf simpatis dan saraf parasimpatis.
Saraf simpatis berfungsi menggerakkan tubuh ketika berada dalam situasi yang ekstrem atau terancam.
Sedangkan, saraf parasimpatis bekerja dengan menunjukkan respon lebih cepat pada tubuh pada kondisi yang gawat.
Namun, sistem ini juga akan menjaga fungsi tubuh tetap normal setelah ancamannya sudah berlalu.
Warna bisa memengaruhi keseimbangan sistem saraf otonom karena beberapa warna memiliki panjang gelombang warna tertentu yang akan menciptakan impuls listrik yang sangat besar.
Impuls ini akan mengaktifkan fotoreseptor, sel di mata yang berfungsi mendeteksi cahaya dan mengirimkannya ke otak.
Baca Juga: Seperti Apa Warna yang Dilihat Oleh Orang Buta Warna dalam Mimpi? #AkuBacaAkuTahu
Ketika warna sudah divisualisasikan oleh hipotalamus otak, pesan akan diteruskan ke sumsung tulang belakang.
Hal ini memicu kerja saraf simpatik yang sudah disinggung tadi.
Dari sini akan muncul efek seperti peningkatan atau penurunan denyut jantung, dan reaksinya tergantung dengan warna yang dilihat.
Respons fisiologis ini nantinya akan diwujudkan menjadi reaksi psikologis ketika kamu melihat warna tertentu.
Misalnya perasaan waspada ketika melihat warna merah, dan perasaan lebih tenang ketika melihat warna biru.
Baca Juga: Mengapa Kursi Pesawat Kebanyakan Berwarna Biru? #AkuBacaAkuTahu
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | hellosehat.com |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Danastri Putri |
Komentar