Keberadaan Indigofera digantikan pewarna buatan
Ketika itu budidaya indigofera digalakkan untuk menyaingi pewarna dari bahan woad (Isatic tinctoria) yang dibudidayakan di Perancis, Jerman, dan Inggris.
Indonesia sempat menguasai pasaran sebagai pemasok zat warna indigo hingga ke pasar dunia melalui budidaya indigofera ini.
Namun, sejak 1897, banyak pengusaha yang beralih menggunakan pewarna sintesis sebagai pewarna untuk batik.
Semenjak kemunculan pewarna sintetis, pewarna indigofera semakin redup dan dilupakan. Bahkan keputusan pemerintah Belanda untuk menghentikan impor pewarna buatan pada 1914 mendapat protes keras dari para pengusaha batik.
Baca Juga: Jawaban Pertanyaan Berdasar Teks
Pewarna buatan memang lebih disukai karena harganya yang murah, praktis, dan menghasilkan warna yang lebih cerah.
Hal inilah yang membuat para pengusaha batik tetap menggunakan pewarna buatan untuk menjalankan industrinya meski penggunaan bahan pewarna sintesis sudah dilarang sejak 1996.
Pelarangan ini berkaitan dengan efek yang ditimbulkan dari limbah pewarna sintesis yang enggak ramah lingkungan.
Source | : | nationalgeographic.grid.id |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Regina Pasys |
Komentar