GridKids.id - Kids, tahukah kamu apa itu parosmia?
Parosmia adalah gejala dari long COVID yang baru-baru ini muncul.
Long COVID atau post acute COVID-19 adalah fenomena gejala-gejala yang dialami pasien setelah terinfeksi COVID-19.
Kondisi yang dimaksud adalah gejala-gejala COVID-19 yang masih dialami oleh pasien saat mengalami pemulihan setelah dinyatakan negatif dari virus corona.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di negara-negara Eropa, sembilan dari sepuluh pasien yang dirawat akibat COVID-19 bisa mengalami fenomena long COVID ini.
Baca Juga: Apa Itu Delirium yang Jadi Gejala Baru Virus Corona?
Baca Juga: Banyak Diderita Pasien COVID-19, Sebenarnya Apa Itu Anosmia?
Nah, gejala long COVID ini ada bermacam-macam, mulai dari gejala fisik sampai gejala psikis atau mental.
Terbaru, banyak yang melaporkan kalau para pasien yang sudah sembuh dari virus corona ini mengalami gangguan pada penciumannya.
Apa Itu Parosmia?
Gejala long COVID baru ini disebut parosmia.
Parosmia adalah gejala yang berupa gangguan penciuman di mana penderitanya seperti mencium bau enggak sedap.
Para ahli mengatakan kalau parosmia tergolong sebagai gejala yang cukup unik.
Kebanyakan pasien yang menderita gejala ini, juga mengalami anosmia saat terinfeksi virus corona.
Namun, hal ini berlawanan dengan anosmia yang menyebabkan penderitanya enggak bisa mencium bau.
Pada parosmia, penderita bisa mengenali bau, tapi bau itu enggak seperti yang selama ini dikenal.
Biasanya bau yang dicium berhubungan dengan bau amis, bau busuk, bau seperti terbakar, atau bau darah.
Parosmia biasanya terjadi setelah neuron indra penciuman mengalami kerusakan karena infeksi virus atau kondisi kesehatan lainnya.
Neuron-neuron itu melapisi hidung dan memberi tahu otak cara mengenali informasi kimiawi yang membentuk bau.
Baca Juga: Dari Ruam di Kulit sampai Delirium, Inilah Gejala Enggak Biasa pada COVID-19 yang Perlu Diwaspadai
Baca Juga: Hilang Indera Penciuman Karena Virus Corona, Lakukan Hal Ini untuk Mengembalikannya
Tetap Bisa Sembuh
Meski baru dilaporkan belakangan ini, sebenarnya parosmia adalah gangguan penciuman yang sudah ada sejak dulu.
Gangguan ini umumnya disebabkan oleh infeksi virus.
Sebelum adanya COVID-19, gangguan parosmia biasanya disebabkan oleh infeksi rhinovirus dan virus lainnya.
Banyak yang mengira kalau gangguan penciuman akibat infeksi COVID-19 adalah gangguan jangka panjang yang sulit disembuhkan.
Padahal, hal itu enggak benar. Gangguan saraf penciuman seperti anosmia dan parosmia tetap bisa dipulihkan atau disembuhkan.
Meski begitu, masa penyembuhan pada setiap orang enggak sama.
Berdasarkan penelitian, proses pemulihan saraf penciuman tersebut bermacam-macam, antara satu sampai 13 tahun.
Baca Juga: Apa Itu Bell's Palsy yang Diduga Jadi Efek Samping Uji Coba Vaksin COVID-19?
Baca Juga: Apa Itu Vaksin Sinovac? Berkenalan dengan Vaksin COVID-19 yang Sebagian Sudah Tiba di Indonesia
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dan pengetahuan seru, langsung saja berlangganan majalah Bobo dan Mombi SD. Tinggal klik di https://www.gridstore.id.
Source | : | KOMPAS.com |
Penulis | : | Danastri Putri |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
Komentar