Sindemi adalah akronim yang berasal dari kata sinergi dan pandemi. Artinya, penyakit seperti virus corona COVID-19 enggak boleh berdiri sendiri.
Di satu sisi ada virus SARS-CoV-2, yaitu virus penyebab COVID-19 dan disi lain ada serangkaian penyakit yang sudah diidap oleh seseorang.
Keduanya saling berinteraksi dalam konteks ketimpangan sosial yang mendalam.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan kalau dampak pandemi COVID-19 dialami secara enggak proporsional pada kelompok masyarakat paling rentan.
Di antaranya orang yang hidup dalam kemiskinan, pekerja miskin, perempuan dan anak-anak, serta penyandang disabilitas dan kelompok marjinal lainnya.
Sindemi bukanlah istilah baru dan sudah muncul sekitar tahun 1990-an yang diciptakan oleh antropolog medis asal Amerika Serikat, Merill Singer.
Istilah ini digunakan untuk menyebut kondisi saat dua penyakit atau lebih berinteraksi sedemikian rupa, sehingga menyebabkan kerusakan yang lebih besar daripada dampak dari masing-masing penyakit tersebut.
Dampak dari interaksi ini juga difasilitasi oleh kondisi sosial dan lingkungan yang bisa menyatukan kedua penyakit atau membuat populasi jadi lebih rentan terhadap dampaknya.
Kesimpulannya, dalam beberapa kasus, kombinasi penyakit bisa memperkuat dampak dan kerusakan yang dialami seseorang.
Baca Juga: Apa Itu Long COVID? Ternyata Fenomena Ini Sudah Ada Sejak Awal Pandemi
Source | : | KOMPAS.com |
Penulis | : | Danastri Putri |
Editor | : | Grid Kids |
Komentar