GridKids.id - Virus corona COVID-19 masih menyebar di berbagai negara.
Sejak kemunculannya di akhir tahun 2019, sekarang virus ini sudah menginfeksi 213 negara dan wilayah.
Karena merupakan virus jenis baru, masih banyak hal yang belum kita ketahui mengenai COVID-19.
Itu sebabnya, sampai saat ini para ahli masih terus meneliti virus ini. Salah satu yang masih terus diteliti dan dikembangkan adalah vaksin.
Melansir Kompas.com, dua kandidat vaksin COVID-19, dari Oxford University di Inggris dan Tiongkok, dinilai aman dan bisa memicu respons kekebalan tubuh.
Kedua studi tersebut dilaporkan dalam The Lancet.
Meski masih terlalu dini untuk mengatakan apakah pendekatan tersebut memenuhi persyaratan untuk vaksin yang efektif melawan COVID-19, kedua hasil uji sejauh ini paling menjanjikan.
Sampai saat ini, penyelidikan lebih lanjut terus dilakukan.
Dilansir IFL Science, Senin (20/7/2020), kedua vaksin menggunakan adenovirus yang lemah, virus flu biasa, yang dimodifikasi secara genetik untuk membawa kode genetik protein lonjakan pada kulit terluar SARS-CoV-2, virus yang bertanggung jawab untuk COVID-19.
Baca Juga: Tumbuhkan Secercah Harapan, Dua Kandidat Vaksin Virus Corona Tunjukkan Hasil Menjanjikan
Hasil Uji Vaksin Corona dari Oxford, Inggris
Untuk studi Oxford, virus flu diambil dari simpanse dan diberikan kepada 543 dari 1.077 orang dewasa sehat.
Sementara 534 sisanya merupakan kelompok kontrol dan diberi vaksin meningitis.
Hasil sejauh ini sudah menemukan kalau vaksin COVID-19 yang dikembangkan menginduksi antibodi yang kuat dan respon imun sel T sampai hari ke-56 dari percobaan yang sedang berlangsung.
"Sistem kekebalan tubuh memiliki dua cara untuk menemukan dan menyerang patogen - antibodi dan respons sel," kata ketua tim Profesor Andrew Pollard dari Universitas Oxford, dalam sebuah pernyataan yang dikirim melalui email.
"Vaksin ini dimaksudkan untuk menginduksi keduanya, sehingga dapat menyerang virus ketika beredar di dalam tubuh, serta menyerang sel-sel yang terinfeksi. Kami berharap ini berarti sistem kekebalan tubuh akan mengingat virus, sehingga vaksin kami akan melindungi manusia untuk suatu jangka waktu yang panjang," umbuhnya.
"Namun, kami perlu penelitian lebih lanjut sebelum kami memastikan vaksin tersebut efektif melindungi tubuh terhadap infeksi SARS-CoV-2, dan untuk berapa lama perlindungan berlangsung."
Vaksin yang dikembangkan Oxford terbukti bisa memicu respons sel T dalam waktu 14 hari, yang berarti sistem kekebalan bisa menemukan dan membuang sel yang terinfeksi virus.
Dalam 28 hari, ada juga respon antibodi, yang berarti sistem kekebalan mengirim antibodi untuk menyerang virus kalau ditemukan ada dalam darah atau dalam sistem limfatik.
Efek samping ringan seperti kelelahan dan sakit kepala dilaporkan oleh sekitar 70 persen peserta, tetapi kurang intens pada peserta yang diizinkan minum parasetamol.
Mengonsumsi parasetamol sebelum dan sesudah vaksinasi enggak berdampak negatif pada hasilnya.
Baca Juga: Apa Itu Vaksin? Berikut Ini Penjelasan dan Perbedaannya dengan Obat
Hasil Uji Vaksin Corona dari Tiongkok
Sementara studi dari Tiongkok sudah melihat 508 peserta yang ambil bagian dalam uji coba fase II.
Dari total peserta yang ada, 253 menerima dosis tinggi vaksin, 129 menerima dosis rendah, dan 126 menerima plasebo.
Sembilan puluh lima persen dari kelompok dosis tinggi dan 91 persen dari kelompok dosis rendah menunjukkan respon sel T atau antibodi pada hari ke 28 pasca vaksinasi.
Para pasien enggak diamati lebih dari 28 hari, sehingga kekebalan jangka panjang enggak diselidiki.
Mencari Vaksin yang Ideal
Vaksin yang ideal seharusnya punya efek samping minimal dan efektif setelah satu atau dua dosis.
Sementara pada populasi sasaran (terutama yang paling terkena dampak seperti orang tua lanjut usia dan orang-orang dengan kondisi medis yang sudah ada sebelumnya), vaksin harus memberikan perlindungan setidaknya selama setengah tahun, dan mengurangi penyebaran virus.
Kedua vaksin ini belum mengkonfirmasi kalau mereka punya kemampuan di atas.
Namun keduanya melaporkan, kandidat vaksin yang dikembangkan menghasilkan antibodi terhadap COVID-19.
Ini adalah kandidat yang paling menjanjikan sejauh ini.
Baca Juga: Masih Belum Ditemukan Vaksin dan Obatnya, Virus Corona juga Mempunyai Beberapa Kelemahan
"Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan sebelum kami dapat mengkonfirmasi apakah vaksin kami akan membantu mengelola pandemi COVID-19, tetapi hasil awal ini menjanjikan," tambah rekan penulis Profesor Sarah Gilbert, juga dari University of Oxford.
"Selain terus menguji vaksin kami dalam uji coba fase 3, kita perlu belajar lebih banyak tentang virus - misalnya, kita masih belum tahu seberapa kuat tanggapan kekebalan yang kita butuhkan. memprovokasi untuk secara efektif melindungi terhadap infeksi SARS-CoV-2,” katanya.
"Jika vaksin kami efektif, itu adalah pilihan yang menjanjikan karena jenis vaksin ini dapat diproduksi dalam skala besar. Vaksin yang berhasil melawan SARS-CoV-2 dapat digunakan untuk mencegah infeksi, penyakit, dan kematian pada seluruh populasi, dengan populasi berisiko tinggi seperti pekerja rumah sakit dan orang dewasa yang lebih tua diprioritaskan untuk menerima vaksinasi.”
Menurut angka terakhir pada Rabu (22/7/2020), lebih dari 15 juta orang telah terinfeksi penyakit ini di seluruh dunia.
(Penulis: Gloria Setyvani Putri)
Baca Juga: Kabar Baik! Sudah Sampai di Indonesia, Vaksin Corona dari Tiongkok Siap Uji Klinis pada 1.620 Orang
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dunia satwa dan komik yang kocak, langsung saja berlangganan majalah Bobo, Mombi SD, NG Kids dan Album Donal Bebek. Tinggal klik di www.gridstore.id.
Source | : | KOMPAS.com |
Penulis | : | Danastri Putri |
Editor | : | Regina Pasys |
Komentar